Membuka Hari dengan Menanam Kopi di Hulu Sungai Cimanuk

Musibah banjir di Garut menyadarkan masyarakat untuk semakin peduli dengan lingkungan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 28 Okt 2017, 06:06 WIB
Menanam kopi di hulu Sungai Cimanuk. Foto: (Jayadi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Garut - Musibah banjir bandang yang melanda Garut, Jawa Barat 20 September tahun lalu, telah menyadarkan semua pihak masyarakat di Kota Dodol untuk berbenah sekaligus menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar.

Salah satunya warga masyarakat yang berdiri di sepanjang Sungai Cibarengkok, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Garut, yang merupakam salah satu hulu utama penyuplai air Sungai Cimanuk.

Mereka mulai sadar dan terus mengampanyekan kelestarian lingkungan dengan penanaman tanaman keras seperti kopi, kesemek, dan tanaman keras lainnya mengganti lahan pertanian holtikultura yang telah merajai lahan konservasi Kabupaten Garut.

Ketua Kelompok Tani Bina Sejahtera kampung Jayasena, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Asep Satar mengatakan, salah satu faktor utama penyebab meluapnya Sungai Cimanuk saat musibah terjadi, diakibatkan rusaknya ekosistem hulu sungai akibat alih fingsi lahan.

"Sekarang hampir seluruh lahan konservasi di wilayah Sungai Cibarengkok ditanami tanaman sayuran, ke mana tanaman kerasnya, padahal itu yang akan menahan air," ujarnya dalam kampanye penanaman 1.000 bibit kopi dan tanaman keras di lapangan Ciarileu-Cijayana, Cikajang, Rabu, 25 Oktober2017.

Asep mencatat, sejak era reformasi digulirkan, sudah 1997 hektar lahan bekas perkebunan Perusahaan Daerah dan Agrobisnis Pertambangan (PDAP) milik provinsi Jawa Barat beralih fungsi menjadi lahan tanaman holtikuktura.

Padahal dalam fungsinya, lahan itu merupakan lahan konservasi yang wajib dilindungi masyarakat. "Kini siapa yang bertanggung jawab setelah rusak dan gundul begini, ayo kita kembalikan fungsi lahan konservasi sebenarnya," ungkap dia.

Untuk mendukung upaya pelestarian penghijauan lahan, ia meminta para petani tetap memperhatikan fungsi lahan konservasi, sehingga ada keseimbanganlingkungan.

"Kalau petani arogan tanpa memperhatikan kelestarian alam maka tunggu gerakan kami selanjutnya, atau siapun yang merusak gunung di hulu Sungai Cimanuk maka akan kami lawan," ungkap dia.

Selain itu, Asep meminta pemerintah segera menyelesaikan persoalan kepemilikan lahan yang kerap menyandera masyarakat saat melakukan konservasi hutan.

"Negara Indonesia harus hijau, apakah karena persoalan yuridis formal penghijauan harus berhenti? Jangan, kita tetap harus kembali hijaukan hutan, siapapun yang merusak hutan mau itu petani sekalipun kita tangkap," papar dia.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut Asep Suparman mengakui peran penting kelestarian hulu Sungai Cibarengkok.

Menurutnya, sudah saat warga Garut terutama warga yang berada di sepanjang hulu sungai untuk kembali melakukan penanaman tanaman keras yang bisa menahan dan mengikat air dalam waktu lama.

"Kami pun sudah siapkan beberapa kegiatan (konservasi), karena memang dampak banjir bandang tahun lalu sangat luar biasa," kata dia.

Asep menyatakan pentingnya peran Sungai Cimanuk bagi warga Garut dan masyarakat Jawa Barat lainnya, sehingga dibutuhkan kesadaran semua pihak untuk menjaga kelestarian lingkungan terutama di area hulu sungai.

"Ingat akibat musibah Sungai Cimanuk itu, kini sudah ada 7 orang masuk jadi tersangka dan kasusnya sudah dilimpahkan ke kejati Jabar," ujarnya.

Untuk itu, sebagai bentuk dukungan pemerintah di bidang hukum bagi masyarakat penggiat kelestarian lingkungan, lembaganya segera melakan MoU dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk penegakan hukum bagi perambah hutan konservasi.

"Yang terjadi sudahlah terjadi, tapi berusaha ke depan dengan pencegahan, tapi kalau dengan pencegahan masih terjadi, maka kita proses secarahukum," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Konservasi dengan Tanaman Kopi

Gerakan menanam 1.000 tanaman di hulu Sungai Cimanuk. Foto: (Jayadi/Liputan6.com)

Selain penanaman bibit tanaman jenis keras yang memiliki akar tunggal dalam menjaga ekosistem lingkungan, penanaman bibit kopi di sepanjang Sungai Cibarengkok dan hutan di sekelingnya memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.

"Peningkatan ekonomi dari kopi jauh lebih menguntungkan daripada tanaman holtikultura," ujarnya.

Saat ini harga pasaran kopi Indonesia di pasar kopi dunia tengah naik daun, salah satunya yang menjadi daya tarik adalah citarasa kopi khas Garut, Jawa Barat yang banyak dicari. "Makanya sudah saatnya masyarakat jangan berpikir sesaat, tapi juga berpikir soal jangka panjang," kata dia.

Asep berharap dengan pola konservasi tanaman kopi dan tanaman keras lainnya diharapkan mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi yang akan datang.

"Menghijaukan lahan bukan untuk merusak lahan, mumpung belum keluar air mata, maka mari kita jaga mata air yang sudah ada saat ini, apapun yang melanggar kita tabrak," ujarnya.

Perwakilan PT. PLN Kabupaten Garut Taufan menambahkan, di Hari Listrik Nasional (HLN) ke -72, lembaganya siap memberikan bantuam berupa bibit pohon keras hingga 10 ribu bibit tanaman keras.

"Tentu kita dukung niatan baik untuk melestarikan lingkungan, pelestarian alam itu contoh kongkrit untuk menerangi negeri, sekarang baru 1.000 bibit, nanti kita siapakan sampai 10 ribu pohon bibit produktif," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya