Kirim Astronot Kembar ke Angkasa Luar, Ini Hasil Studi NASA

Eksperimen unik ini dimungkinkan karena ada si kembar Mark dan Scott Kelly yang sama-sama menjadi astronot NASA.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 29 Okt 2017, 08:24 WIB
Eksperimen unik ini dimungkinkan karena ada si kembar Mark dan Scott Kelly yang sama-sama menjadi astronot NASA. (Sumber (NASA/Robert Markowitz)

Liputan6.com, New York - Hasil-hasil awal dari penelitian terhadap orang kembar, Twin Study, yang dilakukan NASA, memperkirakan bahwa kepergian seseorang ke ruang angkasa telah meningkatkan metilasi DNA. Metilasi adalah sebuah proses yang bertanggungjawab menyalakan atau menghentikan gen.

Temuan-temuan itu bukan hanya memberikan cuplikan singkat tentang proses selular tersebut, tapi juga menjelaskan kepada para ilmuwan cara tubuh bisa berubah setelah berada di ruang angkasa.

"Beberapa hal paling menarik yang kami lihat dari pengamatan ekspresi gen di angkasa adalah adanya ledakan --seumpama kembang api yang sedang melejit -- ketika tubuh manusia ada di angkasa," demikian pernyataan Dr. Chris Mason dari Weill Cornell Medicine, yang dikutip dari IFL Science pada Sabtu (28/10/2017).

"Melalui penelitian ini, kita telah melihat ribuan gen mengubah cara mereka menyala dan berhenti (on and off)," imbuh dia.

"Hal itu terjadi segera sesudah seorang astronot tiba di angkasa dan sebagian kegiatan tersebut terus berlangsung untuk sementara waktu ketika ia kembali ke Bumi."

Eksperimen unik ini dimungkinkan karena ada si kembar Mark dan Scott Kelly yang sama-sama menjadi astronot NASA. Scott Kelly menghabiskan waktu lebih dari 11 bulan di angkasa antara 2015 dan 2016.

Karena ia memiliki sampel yang menjadi kendali (control) penelitian dalam diri Mark, NASA tidak menyia-nyiakan kesempatan melakukan penelitian yang menjadi terobosan baru ini. Keseluruhan penelitian masih belum diterbitkan, tapi sudah ada beberapa temuan yang tersedia.

Dalam salah satu penelitian genetik, para peneliti mendapati bahwa telomer (telomere) dalam diri Scott Kelly menjadi lebih panjang dibandingkan telomer dalam diri kembarannya, Mark. Hal itu bertentangan dengan apa yang diduga sebelumnya.

Telomer adalah tudung-tudung di setiap ujung helai DNA guna melindungi kromosom-kromosom kita, seumpama ujung plastik yang ada pada tali-tali sepatu.

Telomer (tudung DNA) adalah bagian DNA yang menjadi penanda penuaan dan kesehatan pada umumnya. (Sumber Wikimedia Commons)


Penelitian Paling Komprehensif

"Penelitian ini merupakan salah satu cara pandang paling komprehensif tentang tubuh manusia," ujar Mason.

"Ia menjadi landasan bagi pengertian tentang risiko molekuler dalam perjalanan angkasa dan juga potensi untuk melindungi dan memperbaiki perubahan-perubahan genetik tersebut."

Penelitian yang dilakukan, mengamati empat aspek dalam biologi manusia. Pertama adalah fisiologi dan bagaimana gravitasi mikro berdampak pada organ-organ yang berbeda semisal jantung dan otak.

Penelitian juga mengamati perubahan pada persepsi dan nalar, yang merupakan inti kesehatan perilaku. Mereka lalu mengamati mikrobiom manusia dan bagaimana penerbangan angkasa berdampak pada bakteri hidup dalam lambung kita.

Terakhir, penelitian itu juga mengamati perubahan-perubahan genetik dalam diri Scott dan Mark.

Twin Study merupakan bagian dari Human Research Program yang dijalankan NASA. Tujuan program adalah untuk mencari teknologi terbaik guna memastikan penerbangan angkasa menjadi seaman mungkin bagi manusia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya