Liputan6.com, Jakarta Berita-berita hoaks biasanya memiliki karakteristik tersendiri. “Umumnya isinya fear arousing atau menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan dan provokasi,” ujar Alois Wisnuhardana di hadapan ratusan orang muda Katolik (OMK) Keuskupan Agung Kupang dan Atambua dalam kegiatan Forum Dialog dan Literasi Media di Rumah Retret Suster SSpS, Bello, Kupang, Sabtu (28/10).
Kepala Media Center di Kantor Staf Presiden ini juga menyebutkan bahwa hoaks juga ditandai dengan tidak adanya sumber yang jelas (whispered propaganda). Tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawab serta klarifikasi. Juga sifatnya menyerang pihak lain (one side attacking or defending).
Advertisement
“Kerap juga mencatut nama tokoh berpengaruh atau memakai nama mirip media terkenal (transfer device) seperti misalnya kompas diplesetkan menjadi kompasnews atau Liputan6 diplesetkan menjadi liputan9. Ini yang disebut dengan stealing authorithy,”ujar Wisnu.
Hoaks isinya juga kerap memberi label negatif (negative labelling). Dan biasanya ada ajakan agar diviralkan atau dibagikan. Atau yang sering dikenal dengan sebutan band wagon. “Banyak juga hoaks yang tampil seolah-olah terlihat ilmiah dan dipercaya. Mereka menggunakan argumen yang sangat teknis. Ini yang disebut pseudo sciences,” ujar Wisnu.
Dengan mempelajari karateristik hoaks diharapkan anak-anak muda zaman sekarang atau generasi milenial betul-betul paham serta mampu memilah konten-konten yang berseliweran di media sosial. "Pilih konten-konten yang benar-benar bisa dipercaya betul kalau ingin membagikannya lagi ke orang lain,"tegas Wisnu.
Forum ini merupakan kegiatan yang keenam setelah Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menggandeng Konferensi Waligereja Indonesia mengunjungi kota Jakarta, Malang, Medan, Bandung, dan Manado. Selanjutnya bakal dilanjutkan ke kota yang ketujuh, Semarang.