Liputan6.com, Dubai - Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji pendirian bursa efek syariah di Indonesia. Jumlah populasi umat Muslim yang sangat besar menjadi potensi bagi Indonesia untuk memiliki pasar saham syariah sendiri.
Ketua BEI Tito Sulistio mengaku, pendirian bursa syariah ini merupakan usulan pengusaha yang disampaikan Ketua Kadin Rosan P Roeslani. "RI bisa jadi hub syariah, hub produk halal dunia, dan kami ingin promotori syariah stock exchange di Indonesia," ujar Tito kepada wartawan di Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu (29/10/2017).
Tito menilai pendirian bursa saham syariah pada dasarnya tidak sulit karena Indonesia sudah memiliki infrastruktur, pasar maupun produk syariah seperti saham.
Baca Juga
Advertisement
Demikian pula landasan hukum pasar modal. "Indonesia ada 17 fatwa DSN dan 10 peraturan OJK soal pasar modal syariah," kata Irwan Abdalloh, Assistant Vice President Sharia Capital Market Development BEI.
Tito menambahkan, dengan keberadaan pasar modal syariah, maka hambatan dalam pengembangan industri keuangan syariah bisa lebih mudah, terutama dalam proses yang saat ini belum 100 persen syariah.
"Kita selalu bicara produk, masalahnya sebenarnya bukan itu. Tapi prosesnya (yang jadi masalah). Kita punya produk syariah, tapi prosesnya belum syariah," tutur Tito.
Dia mengaku sudah mendapatkan dukungan dari beberapa pihak tapi yang terutama dari market atau pasar sebagai penentu berjalannya bursa syariah.
Anggota bursa juga pada dasarnya sudah siap. Saat ini setidaknya ada 12 anggota bursa yang mengembangkan syariah online trading system (SOTS).
Untuk mendukung rencana ini, BEI menggandeng Dubai Financial Market (DFM). Sebagai sesama negara Muslim, kerja sama antar negara dinilai bisa menjadi peluang untuk memperbesar pasar keuangan syariah di dunia.
"Dalam dua pekan ke depan, BEI akan menyelesaikan working paper dan kembali kami menemui DFM," Tito menandaskan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: