Liputan6.com, Osaka - Tak bisa dipungkuri, Jepang menjadi salah satu negara maju di Asia bahkan dunia. Semua yang ada dan dibuat di Negeri Matahari Terbit ini memiliki fungsi serta mendapatkan pengawasan langsung dari pemerintah.
Tentu saja apa yang diterapkan di Jepang, dibuat demi kenyamanan, keamanan dan keselamatan masyarakat. Tak terkecuali tembok panjang yang berada di sisi jalan tol dalam kota.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Rini Kameya, tour guide Media Tour Tokyo Motor Show 2017 bersama Astra Daihatsu Motor, tembok panjang ini sengaja dibuat di sepanjang jalan tol yang berada di dekat pemukiman dan perkantoran. Hal itu, kata dia, dibuat untuk mengurangi polusi suara. Sebab tembok tersebut dapat meredam suara.
"Karena sepanjang jalan tol masih banyak terdapat gedung-gedung yang merupakan pemukiman atau perkantoran. Sehingga suara-suara mobil tidak mengganggu masyarakat," ungkap Rini saat memberikan informasi di sepanjang jalan Osaka, Jepang baru-baru ini.
Lebih Lanjut Rini menyatakan, menggunakan tembok panjang juga dapat lebih safety, khususnya bagi para pengemudi. Sebab, driver akan selalu fokus melihat ke arah jalan tanpa harus malingkan muka ke kanan atau kiri di luar jalur.
Tak hanya itu, tembok di tepi jalan ini juga berguna sebagai penghalau jika terjadi kecelakaan. Di mana kendaraan yang mengalami kecelakaan hebat bisa diminalisir agar tidak keluar jalur dan menimpa ke pemukiman di dekat lokasi kejadian.
Pembuatan jalan tersebut memang memerlukan biaya yang tak sedikit. Karena itu, jika terjadi kerusakan sekecil apapun, maka pihak terkait akan melakukan perbaikan secepat mungkin agar tidak menjalar sehingga dapat mengeluarkan biaya lebih tinggi.
Kesigapan dan tanggapnya petugas dalam memperbaiki jalanan ini wajib diterapkan di Indonesia. Pasalnya, di Tanah Air segala perbaikan di jalanan sering kali dilakukan setelah kerusakan melebar, bahkan hingga jatuh korban.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Di Jepang, Mending Punya 3 Pacar daripada 1 Mobil
Sejumlah anekdot menarik terjadi di Jepang terkait kepemilikan mobil. Salah satunya tentang mahalnya memiliki sebuah mobil.
Bukan harga mobil yang menjadi handicap utama dalam kepemilikannya. Tapi tahapan memilikinya yang membuat warga Jepang berpikir berkali lipat untuk membeli sebuah mobil.
Diutarakan Ping Tjuan Suharna, warga Indonesia yang telah tinggal 22 tahun di Negeri Matahari Terbit, proses memiliki mobil sangat sulit, lama dan pastinya mahal. Saking mahal dan ribetnya, Ping membandingkannya dengan biaya 'pacaran'. "Mending punya tiga pacar ketimbang punya 1 mobil," ujarnya saat mengantar rombongan Toyota Media Tour 2017 di Yokohama, Jepang, Jumat (27/10).
Untuk mendapatkan mobil, seseorang harus punya SIM. Harganya bisa lebih dari Rp 40 juta. Itupun kalau langsung lulus. Bila tidak tentunya ada biaya tambahan lagi. Rata-rata mengulang 4 ujian tulis sebelum ujian praktik.
Lantas harus punya sertifikat kepemilikan lahan parkir. Sebulannya, bayar parkir bisa bisa Rp 6 juta, jumlah yang sama untuk menyewa apartemen 23 meter persegi di Tokyo.
Bandingkan dengan miliki pacar. Menurut Ping, proses pacaran di Jepang tidak sama dengan di Indonesia. "Semuanya berbagi. Biaya yang sama untuk laki dan perempuan," ujarnya.
Tak ada obligasi buat pria mentraktir pasangannya. Termasuk misalnya kalau mau pergi keluar kota pakai mobil. "Tinggal sewa mobil, bayar sewanya setengah-setengah. Bensinnya juga, termasuk sewa kamar bila menginap di hotel," ujar pria dua anak ini.
Advertisement