Liputan6.com, Jakarta - Utusan Khusus Presiden Bidang Dialog, Kerja Sama Antar-agama dan Peradaban Din Syamsuddin mengatakan, perpecahan rawan terjadi menjelang tahun politik 2018 dan 2019. Sebab, dalam tahun tersebut akan terjadi Pilkada 2018 dan Pemilu Serentak 2019.
Untuk mencegah perpecahan antar umat bergama, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menyarankan agar majelis atau tokoh agama dapat memberikan pesan-pesan kepada umatnya. Sebab, di setiap Pilkada atau Pilpres, banyak orang yang menggunakan kepentingan untuk memenangkan pemilihan.
Advertisement
"Maka dalam hal ini agar agama dapat menampilkan pesan agama agar perbedaan kepentingan politik itu tidak membawa kepada perpecahan," ujar Din di Kantor Persekutuan Gereja Gereja Indonesia (PGI) Jakarta Pusat, Senin (30/10/2017).
Dia menegaskan, politik dan agama tidak boleh dihubungkan. Terlebih, jika perbedaan pandangan membawa kepada perselisihan.
"Apalagi membawa kepada bentrok fisik yang hanya merugikan kita sendiri. Memang ada perbedaan-perbedaan di kalangan agama itu dalam memandang hubungan agama dan politik, tidak boleh ada hubungan antara agama dan politik," kata Din Syamsuddin.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Faktor Politik
Sebelumnya, Din menuturkan, ketegangan atau konflik antar umat-umat beragama di Indonesia disebabkan oleh faktor politik. Kepentingan politik membuat adanya perbedaan pendapat.
Selain faktor politik, kata Din ketegangan juga terjadi karena adanya faktor agama. Namun, faktor agama tersebut tidak membawa kepada konflik dan perpecahan antar umat beragama di Indonesia.
"Konflik antar umat-umat beragama di Tanah Air kita ini banyak disebabkan oleh faktor politik. Ada faktor-faktor nonagama seperti, politik atau mungkin ekonomi sosial apalagi yang berdimensi kesenjangan itu menjadi faktor-faktor picu," ucap Din.
Advertisement