Liputan6.com, Cilacap - Cuaca buruk dan gelombang tinggi Laut Selatan Jawa yang terjadi sejak awal Oktober 2017 menyebabkan puluhan kapal rusak dan karam. Tak hanya itu, banjir besar yang terjadi dua pekan terakhir di berbagai wilayah menyebabkan tambak dan kolam ikan terendam.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mendata, kerugian akibat banjir bandang dan cuaca buruk di sektor perikanan Cilacap mencapai Rp 2,5 miliar. Total kerugian tersebut berasal dari tenggelam dan rusaknya puluhan kapal nelayan serta hilangnya ikan atau udang di kolam dan tambak.
Kepala DKP Cilacap, Sujito menerangkan, hingga saat ini, terdata ada 13 kapal compreng berukuran antara 7 hingga 10 Gross Ton (GT) yang tenggelam. Selain itu, ada juga kapal fiber ukuran di bawah 5 GT yang tenggelam selama dua pekan terakhir ini. Secara keseluruhan terdapat 60 kapal di bawah ukuran 10 GT yang rusak, mulai rusak berat dan ringan.
"Perahu tenggelam, compreng yang agak besar dari kayu itu, jumlahnya 13. Kemudian perahu kecil, yang terbuat dari fiber itu, jumlahnya ada 15," ucapnya, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 24 Oktober 2017.
Baca Juga
Advertisement
Imbas cuaca buruk juga dialami oleh pembudidaya tambak dan ikan di kawasan pesisir maupun daratan. Banjir melimpas ke kolam di wilayah Kesugihan, Menganti, Kawunganten, hingga Sidareja.
Pembudidayaan ikan di tiga wilayah distrik yang terdiri dari 11 kecamatan nyaris lumpuh lantaran kolam dan tambak yang berada di dataran rendah terendam.
Menurut Sujito, DKP Cilacap telah melaporkan data peristiwa dan jumlah kerugian yang dialami ke DKP Provinsi maupun ke Kementerian Kelautan Perikanan (KKP).
Sujito berharap ada perhatian dari pusat maupun provinsi agar bisa meringankan kerugian akibat bencana ini. Namun, ia pun tak bisa memastikan jenis bantuan dan nominal yang bakal digelontorkan pemerintah pusat dan provinsi.
"Yang di kolam itu, memang agak besar kerugiannya. Karena banyak yang terkena limpasan air. Itu setelah kami hitung se-kabupaten itu, jumlah kerugiannya berkisar Rp 2,5 miliar. Upaya kami, setelah mendata, kami sudah melaporkan ke Provinsi maupun pusat," dia menerangkan.
Terkait cuaca buruk dan gelombang tinggi yang terjadi dua pekan terakhir, ia meminta agar nelayan berhati-hati kala melaut. Dia mengimbau supaya nelayan mewaspadai kemungkinan badai dan gelombang tinggi yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Ia juga menyarankan agar pengelola kolam dan tambak di para pembudidaya meninggikan tanggul kolam agar saat terjadi banjir relatif aman dari limpasan air.
Simak video pilihan berikut ini: