Liputan6.com, Singapura - Putra Mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles dan istrinya, Duchess of Cornwall telah tiba di Singapura. Negeri Singa merupakan pemberhentian pertama mereka dalam lawatan 11 hari untuk memperkuat hubungan Inggris dengan negara-negara Asia.
Seperti dikutip dari The Washington Post yang melansir Associated Press, Selasa (31/10/2017), aktivitas pasangan Kerajaan Inggris di Singapura ini diisi dengan kegiatan seremonial. Nama keduanya kelak akan diabadikan pada tanaman anggrek dan Charles serta istri akan menghadiri jamuan kenegaraan yang diadakan oleh Presiden Halimah Yacob.
Pangeran Charles terakhir kali mengunjungi Singapura pada 1979. Dalam kunjungan kali ini, Charles diagendakan akan bertemu dengan Perdana Menteri Lee Hsien Loong dan meletakkan karangan bunga di Cenotaph untuk menghormati tentara yang tewas dalam Perang Dunia I dan II.
Baca Juga
Advertisement
Singapura merupakan koloni Inggris dan pelabuhan dagang yang sangat berharga. Ribuan tentara dari sejumlah negara, seperti Inggris, Australia, dan Selandia Baru tewas ketika pasukan Jepang bergerak cepat mendarat di Semenanjung Malaka pada awal 1942.
Pada 15 Februari 1942, sepekan setelah pertempuran sengit terakhir, Letnan Jenderal Arthur Ernest Percival dari Inggris menyerah atas Singapura dan pertempuran pun berakhir.
Inggris kembali setelah perang. Meski begitu, penduduk Singapura mendorong dibentuknya pemerintahan sendiri hingga akhirnya merdeka pada 1965.
"Kunjungan ini menegaskan kembali hubungan yang telah berlangsung lama dan bersejarah antara Singapura dan Inggris," ungkap Kementerian Luar Negeri Singapura lewat sebuah pernyataan.
Dari Singapura, Charles dan Camilla akan bertolak ke Malaysia pada Kamis. Mereka akan menutup tur Asia dengan kunjungan ke Brunei Darussalam dan India.
Myanmar 'Dilewatkan'
Media Inggris melaporkan bahwa Myanmar yang juga merupakan koloni Britania Raya pada awalnya, sempat masuk pertimbangan untuk disambangi. Namun, tiba-tiba negara pimpinan Aung San Suu Kyi itu dikeluarkan dari daftar.
Pemicunya diduga karena Myanmar tengah menjadi sorotan dunia terkait krisis kemanusiaan yang menimpa warga muslim Rohingya di negara bagian Rakhine.
Lebih dari setengah juta warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh akibat operasi militer besar-besaran yang dilancarkan militer Myanmar. PBB menggambarkan tindakan militer tersebut sebagai upaya pembersihan etnis.
Dilewatkannya Myanmar dalam kunjungan Charles dan Camilla, disambut positif.
"Ketika seseorang dengan posisi tinggi seperti Pangeran Charles mengunjungi negara itu, maka akan dipandang sebagai 'penghargaan' serta memberikan legitimasi kepada pemerintah dan militer (Myanmar) yang saat ini melanggar hukum internasional," terang Mark Farmaner, Direktur Burma Campaign UK.
Advertisement