Liputan6.com, Jakarta - Penetapan pasangan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Abdullah Azwar Anas sebagai cagub dan cawagub Jatim, adalah bentuk komitmen bersama PDIP dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam membangun kesadaran sejarah dan kultural membangun Indonesia Raya.
“Pencalonan kami berdua menunjukkan bagaimana Ibu Megawati begitu dekat dengan Islam, betapa Bu Mega menerima dengan senang hati saran para kiai. Beliau sosok yang benar-benar menempatkan Islam sebagai rahmatan lil alamin,” kata Gus Ipul yang tak lain adalah cicit pendiri NU KH Bisri Syansuri, di Jakarta, Selasa (31/10/2017).
Advertisement
“Beliau konsisten membela Palestina, paling berani menolak serangan sepihak AS dan sekutunya terhadap Irak," sambung Gus Ipul.
Sementara itu, Azwar Anas menyampaikan rasa prihatinnya atas berbagai proyek lawan politik PDIP dan Megawati yang mencoba membenturkan partai pengusungnya dengan Islam.
"Itu tidak akan pernah berhasil, karena sejak dulu kaum nasionalis dan kaum religius selalu bahu-membahu membangun bangsa ini," ujar Anas.
Menurut Anas, berbagai proyek politik membenturkan dengan Islam tersebut sebagai bagian dari skenario besar untuk menyerang Presiden Jokowi dan PDIP yang elektabilitasnya terus menanjak.
"Masyarakat belajar dari kasus Saracen. Masyarakat akhirnya juga tahu bagaimana Bung Karno, Ibu Megawati dan PDIP bersama Islam, namun kesemuanya tetap ditempatkan dalam semangat kebangsaan," papar Anas.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Peran Bung Karno
Bahkan, kata dia, banyak masyarakat yang tidak tahu, tanpa Bung Karno, tidak akan pernah ditemukan makam Imam Al Buchori. "Tanpa Bung Karno, tidak akan pernah ada Masjid Biru yang berdiri megah di Soviet," ujar dia.
Tanpa Megawati, menurut Anas, hanya sedikit pemimpin yang berani membela Irak dan mengutuk aksi unilateral Amerika Serikat atas serangan tethadap Irak. “Bahkan Ibu Mega juga melanjutkan tradisi Bung Karno, membangun Masjid di belahan bumi paling selatan, Afrika Selatan,'' imbuh Anas.
Anas menambahkan, seluruh umat Muslim perlu mewaspadai berbagai proyek politik yang mengatasnamakan agama. Dalam perjalanan sejarah Indonesia, berkali-kali momen-momen kritis hanya bisa dilampaui dengan bersatu-padunya kekuatan nasionalis dan santri.
”Jadi upaya mengadu domba kaum nasionalis di PDI Perjuangan dengan kalangan muslim tidak akan pernah berhasil,” tegas Anas.
Dia mengatakan, di awal berdirinya negeri ini, publik tidak akan pernah lupa bahwa Bung Karno bertanya tentang hukum membela negara kepada KH Hasyim Asyari. Pendiri NU itu dengan sepenuh hati menyatakan, perjuangan membela Tanah Air adalah jihad fisabilillah.
”Itulah manifestasi komitmen kebangsaan yang utuh secara ideologis dan keimanan yang datang dari ketulusan Bung Karno dan Mbah Hasyim. Patut diingat pula bahwa Bung Karno adalah presiden pertama yang mengutip ayat Alquran di forum PBB yang menjadi perhatian seluruh dunia pada 1960,” kata Anas yang merupakan mantan ketua umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).
Advertisement