Naik 26 Persen, Astra International Kantongi Laba Rp 14 Triliun

PT Astra International Tbk membukukan pendapatan tumbuh 14 persen hingga akhir September 2017.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Okt 2017, 19:12 WIB
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) membukukan kinerja positif hingga akhir kuartal III 2017. Ini ditunjukkan dari pertumbuhan pendapatan laba bersih PT Astra International Tbk.

PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan laba bersih naik 26 persen menjadi Rp 14,2 triliun hingga akhir kuartal III 2017. Periode sama tahun sebelumnya, perseroan kantongi laba bersih Rp 11,27 triliun.

Kenaikan laba itu didorong pendapatan bersih yang tumbuh 14 persen menjadi Rp 150,2 triliun. Pendapatan bersih itu tumbuh seiring kenaikan kontribusi pendapatan dari sebagian besar segmen bisnisnya.

Dengan kondisi kinerja itu, perseroan mencatatkan laba bersih per saham naik 26 persen menjadi Rp 350 hingga akhir September 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 279.

Nilai aset bersih per saham perseroan tercatat Rp 2.946 miliar pada 30 September 2017, meningkat tujuh persen dibandingkan akhir 2016. Nilai kas bersih di luar grup jasa keuangan mencapai Rp 1,2 triliun pada akhir September 2017, jauh lebih rendah dibandingkan nilai kas bersih pada akhir 2016 yaitu sebesar Rp 6,2 triliun.

Hal itu terutama disebabkan investasi jalan tol, pembangkit listrik dan properti yang dilakukan selama sembilan bulan pertama 2017. Anak perusahaan grup segmen jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 46,9 triliun dibandingkan Rp 47,7 triliun pada akhir 2016.

Selama sembilan bulan pertama 2017, segmen otomotif grup Astra alami peningkatan pasar baik itu di pasar mobil maupun motor. Namun menghadapi tekanan diskon dari meningkatnya kompetisi di pasar mobil.

Kinerja segmen jasa keuangan meningkat seiring dengan keuntungan yang kembali dihasilkan oleh PT Bank Permata Tbk (BNLI). Sementara itu, kenaikan harga komoditas dorong kinerja kuat dari divisi alat berat dan pertambangan serta agribisnis.

Adapun kontribusi laba bersih grup Astra dari segmen alat berat dan pertambangan meningkat sebesar 80 persen menjadi Rp 3,4 triliun. Kontribusi terbesar di antara segmen bisnis lainnya.

PT United Tractors Tbk yang 59,5 persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 80 persen menjadi Rp 5,6 triliun.

Ini disebabkan peningkatan kinerja pada bisnis mesin konstruksi, kontraktor pertambangan, dan kegiatan pertambangan yang seluruhnya dapatkan keuntungan dari peningkatan harga batu bara.

Kemudian laba bersih dari bisnis jasa keuangan grup meningkat 42 persen menjadi Rp 2,9 triliun. Sebagian besar karena keuntungan yang kembali dihasilkan oleh PT Bank Permata Tbk.

Selain itu, laba bersih dari bisnis otomotif meningkat 10 persen menjadi Rp 6,6 triliun. Hal itu disebabkan oleh kenaikan penjualan mobil dan motor, meski pun terjadinya peningkatan tekanan pemberian diskon di pasar mobil.

Sementara itu, laba bersih dari segmen agribisnis naik 23 persen menjadi Rp 1,1 triliun. PT Astra Agro Lestari Tbk yang 79,7 persen sahamnya dimiliki oleh perseroan mencatatkan laba bersih Rp 1,4 triliun meningkat dari Rp 1,1 triliun pada 2016. Ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi serta peningkatan penjualan minyak kelapa sawit.

Tak semua segmen bisnis grup Astra mencatatkan kinerja positif. Divisi infrastruktur dan grup logistik mencatat kerugian bersih Rp 66 miliar dibandingkan laba bersih sebesar Rp 213 miliar pada periode sama tahun lalu.

Sebagian besar disebabkan kerugian awal dari ruas jalan to baru Cikopo-Palimanan yang 45 persen sahamnya diakuisisi PT Astra International Tbk pada awal 2017.

Selain itu juga kerugian atas pelepasan PT PAM Lyonnaise Jaya, perusahaan penyedia air bersih yang sebelumnya dimiliki grup 49 persen, dan memiliki sisa pengoperasian lima tahun lagi.

"Prospek kinerja hingga akhir tahun ini diperkirakan tetap positif karena penguatan harga komoditas yang terus berlanjut, meski pun ada tantangan dari peningkatan kompetisi di pasar mobil serta bertambahnya provisi kredit pada beberapa aktivitas grup jasa keuangan," jelas Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa pekan ini, saham PT Astra International Tbk stagnan di posisi Rp 8.000 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 2.896 kali dengan nilai transaksi Rp 229,3 miliar.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya