Tangan Terampil Pelukis Ponorogo Sulap Limbah Ampas Kopi

Bermodal ampas kopi yang terkadang meminta dari warung kopi tetangga, pelukis Ponorogo itu bisa meraup jutaan rupiah per lukisan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 01 Nov 2017, 05:03 WIB
Bermodal ampas kopi yang terkadang meminta dari warung kopi tetangga, pelukis Ponorogo itu bisa meraup jutaan rupiah per lukisan. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Ponorogo - Tangan terampil Imam Subandi (42) mampu mengolah ampas kopi yang biasa dibuang percuma menjadi karya unik. Sejak awal 2016 lalu, ia menekuni seni lukis dari ampas kopi.

Warga Jalan Menur, Desa Ronowijayan, Kecamatan Siman itu memilih ampas kopi sebagai bahan lukisannya karena murah dan mudah didapat. Ia ingin menunjukkan pada generasi muda yang suka menggambar dan kesulitan bahan karena harga cat dan kanvas yang mahal, ampas kopi bisa menjadi alternatif.

"Satu cangkir ampas kopi bisa untuk 2-3 lukisan," tuturnya kepada Liputan6.com, Selasa, 31 Oktober 2017.

Harga lukisan ampas kopi buatan Imam dibanderol dengan harga Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta, tergantung tingkat kerumitannya. Ia menyebut meski hanya terbuat dari ampas kopi, lukisannya mampu bertahan hingga tahunan.

"Ampas kopi dicampur sejenis pelitur air supaya awet," ucapnya.

Ampas yang dipakai untuk melukis, sambung dia, tidak boleh sembarangan harus yang pekat dan teksturnya halus. Terkadang karena pesanan lukisan banyak dan ampas kopi sedikit, ia tak sungkan meminta ampas dari warung kopi milik temannya.

Imam menambahkan untuk lukisan ampas kopi ukuran A3 dalam satu jam bisa langsung selesai asalkan sketsa sudah jadi. Sedangkan, ukuran yang lebih besar bisa sampai dua hari.

Namun jika lukisannya bertema sejarah, politik, dan ada pesan moral, harganya akan semakin mahal. Ia kini memang memfokuskan diri melukis sejarah yang berkaitan dengan Ponorogo.

"Alat yang dipakai sama saja seperti melukis pada umumnya, cuma kuas," katanya.

Untuk memasarkan lukisan ampas kopinya, Imam menggunakan sosial media karena lebih mudah. Bahkan, pembeli biasanya datang dari luar Ponorogo, seperti Madiun, Solo, Yogyakarta dan Surabaya. "Pernah Sumatera juga ada," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya