Ular hingga Jarum Suntik, Ini 10 Fobia Paling Umum di Dunia

Jika kita merasa ketakutan terhadap sejumlah hal berikut, ternyata banyak orang yang juga merasakan hal yang sama.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 01 Nov 2017, 19:20 WIB
Ilustrasi topeng badut yang menyeramkan. (Sumber Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Apakah Anda takut kepada laba-laba, ketinggian, atau badut? Anda tidak sendirian. Lalu, apakah jenis-jenis fobia yang paling umum?

Ketakutan kita kepada hal-hal yang sepertinya sepele sering terasa tidak masuk akal, tapi ketakutan itu dialami jutaan orang. Bahkan seekor tikus yang sepertinya tidak berbahaya juga bisa menggentarkan nyali seorang dewasa.

Untuk kebanyakan fobia, kita mungkin telah mengetahui penyebab-penyebabnya. Terkait beberapa fobia lain, masih harus ditentukan apakah bisa digolongkan sebagai fobia.

Dikutip dari IFL Science, data dari YouGov yang menanyai 2.088 warga dewasa, terungkaplah 10 jenis fobia paling umum seperti berikut ini:


1. Ketinggian

Philippe Petit melakukan aksi gila dengan menyeberangi 2 menara pencakar langit World Trade Center (WTC) hanya menggunakan tali (AP)

Di peringkat pertama, fobia yang paling lazim adalah ketakutan kepada ketinggian. Sekitar 23 persen responden mengaku sangat takut kepada ketinggian.

Sekitar 35 persen mengaku agak takut kepada ketinggian. Bukan hanya itu, orang semakin takut kepada ketinggian seiring dengan pertambahan usia.

Fobia jenis ini dikenal sebagai acrophobia, yang berasal dari bahasa Yunani ákron, artinya puncak atau pinggiran. Fobia ini sepertinya bermula dari ketidakmampuan untuk melihat dimensi-dimensi vertikal.

Menurut penelitian, orang-orang dengan fobia ini melebih-lebihkan jarak-jarak vertikal. Mereka yang paling salah hitung memiliki ketakutan terbesar terhadap ketinggian. Tapi belum jelas mana yang menjadi penyebabnya.


2. Ular

Seekor ular cokelat (Pseudonaja textilis) yang tertangkap berada di rumah warga. (Sumber Facebook/Gold Coast and Brisbane Snake Catcher)

Di tempat kedua, sekitar 21 persen orang sangat takut kepada ular. Sekitar 31 persen mengaku agak takut. Bagi beberapa orang, ada teror yang besar melihat salah satu reptil licin ini sedang meluncur di tanah.

Ketakutan yang dikenal sebagai ophidiophobia ini agak tidak rasional karena kebanyakan ular sebenarnya sama sekali tidak berbahaya.

Menurut penelitian terkini, bayi-bayi baru lahir pun memiliki ketakutan ini dalam dirinya. Artinya, ketakutan ini lebih kepada bawaan alam, bukan sesuatu yang datang belakangan.

Walaupun kebanyakan ular tidak berbahaya, ketakutan kepadanya mungkin menjadi naluri penyelamatan diri yang terpatri dalam pikiran manusia.


3. Bicara Depan Umum

Ilustrasi Pidato

Ketakutan berdiri di hadapan orang banyak untuk berbicara dikenal sebagai glossophobia. Ini adalah fobia paling lazim ketiga.

Sekitar 20 persen responden sangat takut bicara di depan umum dan sekitar 36 persen mengaku agak takut melakukannya.

Bagi beberapa orang kecemasan berbicara berkisar dari seakadar agak cemas hingga ketakutan yang amat sangat seakan membeku.

Psikologi di belakang hal ini belum pasti, tapi ketakutan ini jelas berdampak pada banyak orang.


4. Laba-Laba

Ilustrasi Tarantula (iStock)

Tidak disangka, arachnophobia, yaitu ketakutan terhadap laba-laba, berada bukan di tempat teratas dalam daftar.

Sekitar 18 persen orang mengaku sangat takut kepada laba-laba dan 24 persen mengaku agak takut.

Seperti halnya ketakutan kepada ular, ketakutan kepada laba-laba mungkin tertanam sejak kecil. Lagi-lagi, psikologi di belakangnya belum jelas, tapi ada beberapa kemungkinan.

Arachnophobia mungkin bermula dari gerakan laba-laba yang sembarangan atau sebagai tanggapan evolusioner dari interaksi kita dengannya.

Ada juga yang berpendapat bahwa ketakutan ini sebagai akibat dari pengkondisian, walaupun ini berlawanan dengan penelitian baru yang menengarai bahwa ketakuatn ini diduga bersifat genetik.


5. Terkurung dalam Ruang Tertutup

Divaldo Aguiar berbaring didalam peti matinya diturunkan ke dalam liang kubur saat festival Burial of Pachencho di Santiago de Las Vegas, Kuba (5/2). Asal nama “Pachencho” diambil dari judul kisah yang dimainkan teater setempat. (AP Photo/Ramon Espinosa)

Di peringkat ke-5 adalah claustrophobia, yaitu ketakutan berada dalam ruang sempit. Sekitar 14 persen orang mengaku sangat takut akan hal ini dan 29 persen mengatakan meraka agak takut.

Penelitian menengarai bahwa orang yang memproyeksikan ruang pribadinya meluas jauh dari dirinya lebih berkemungkinan mengalami claustrophobia. Hal ini mungkin terkait dengan distorsi pada persepsi ruang.

Yang menarik, fobia yang satu ini mungkin memiliki dampak yang berlawanan dengan ketakutan terhadap ketinggian, yaitu ketika orang melebih-lebihkan jarak vertikal.

Dalam kasus claustrophobia, pengidapnya justru melebih-lebihkan jarak mendatar (horisontal).


6. Tikus

Ilustrasi tikus sawah (CSIRO)

Musophobia bertengger di urutan keenam. Sekitar 9 persen mengaku sangat takut dengan tikus dan sekitar 17 persen mengaku agak takut.

Hanya ada segelintir penelitian tentang fobia ini. Namun demikian, sejumlah teori tentang penyebabnya misalnya tanggapan yang dikondisikan yang meningkat ketika orang dikejutkan oleh kemunculan seekor tikus.

Ketakutan itu mungkin berkaitan juga dengan alam bawah sadar karena sebagian orang menyadari bahwa tikus bisa membawa penyakit.

Apalagi tikus dan beberapa hewan pengerat lainnya sering dimunculkan sebagai sosok dalam televisi dan film.


7. Jarum dan Disuntik

Ilustrasi jarum suntik. (Sumber Pixabay)

Jika kita takut disuntik, kita tidak sendirian. Delapan persen orang mengaku sangat takut degan jarum dan 16 persen mengaku agak takut.

Fobia jarum ini kerap dikenal sebagai trypanophobia. Ketakutan yang dialami mencakup jarum suntik, jarum, dan proses penyuntikan itu sendiri.

Fobia ini baru diakui pada 1994 dan telah ada beberapa teori untuk menjelaskan penyebabnya.

Ada yang mengkaitkannya dengan genetik yang berkaitan dengan ketakutan kepada luka tusukan yang dialami leluhur moyang kita. Persiapan penyuntikan di ruang praktek atau rumah sakit pun mungkin menambah kecemasan kita.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


8. Menumpang Pesawat Terbang

Frozen, WestJet. (Sumber Wikimedia Commons)

Di peringkat ke-8 adalah ketakutan melakukan penerbangan. Sekitar 7 persen orang sangat takut dengan hal ini dan 17 persen mengaku agak takut.

Ketakutan ini dikenal sebagai aviophobia atau aerophobia. Penyebab utamanya adalah cetusan hormon stres ketika pesawat terbang sedang menjelajah.

Keberadaan guncangan menambah tingkat stres kita, menurunkan kemampuan kognitif, tambah lagi meningkatkan tingkat stres, dan seterusnya.

Hal itu seperti lingkaran tak berujung yang dapat menyebabkan beberapa orang takut pesawatnya sedang akan jatuh dari langit padahala orang-oarng lain dalam penerbangan itu merasa semua itu normal saja.


9. Kerumunan

Ilustrasi kerumunan monyet dalam penangkaran. (Sumber Wikimedia Commons)

Di urutan kesembilan adalah ketakutan kepada kerumunan atau keramaian. Walaupun ada beberapa fobia berkaitan dengan ini, yang paling umum adalah agoraphobia.

Empat persen mengaku sangat takut kepada kerumunan dan 17 persen mengaku agak takut.

Agoraphobia mengacu kepada ketakutan berada dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk melarikan diri, misalnya di ruang terbuka atau dalam kendaraan umum. Orang yang mengalaminya bahkan menolak ke luar rumah.

Penyebabnya mungkin gangguan panik, yaitu ketika orang mengalami serangan panic dan momen-moment ketakutan yang intens.

Kejadian-kejadian traumatis semisal kedukaan dapat berkontribusi pada fobia walaupun mungkin ada sisi genetik juga.


10. Badut

Film IT kan dirilis pada 8 September mendatang. (Twitter @EW)

Bertengger di urutan ke-10 adalah ketakutan kepada badut. Ketakutan ini belum diakui resmi sebagai fobia, tapi ada yang sudah memberikan istilah, coulrophobia.

Sekitar 4 persen orang mengaku sangat takut kepada badut dan 8 persen mengaku agak takut.

Penyebab ketakutan ini mungkin terkait dengan pengenalan pola. Banyak orang mengenal badut secara familiar, tapi terusik ketika citra itu tidak cocok dengan apa yang mereka harapkan akan dilihat.

Beberapa pihak lain menduga orang tidak bisa melihat ekspresi sebenarnya seorang badut, sehingga terasa menyeramkan. Senyuman yang terus-menerus juga menyebabkan ketidaknyamanan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya