Transaksi Saham Telkom Capai Rp 1,5 Triliun di Pasar Negosiasi

Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk melemah 3,79 persen ke posisi Rp 3.930 per saham di pasar negosiasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Nov 2017, 17:45 WIB
Seorang pria melintas di depan papan monitor di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Transaksi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 9,4 triliun pada Rabu (1/11/2017). Kenaikan transaksi saham itu didorong transaksi saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) di pasar negosiasi.

Mengutip data RTI, perusahaan berkode emiten TLKM ini membukukan transaksi Rp 1,5 triliun di pasar negosiasi. Saham TLKM turun 3,79 persen di pasar negosiasi menjadi Rp 3.930 per saham.

Total frekuensi perdagangan saham sebanyak 25 kali. Total volume perdagangan saham sekitar 3,56 juta saham. Saham TLKM ditransaksikan di level tertinggi 4.120 dan terendah 3.920.

Kemungkinan transaksi saham itu difasilitasi PT Macquarie Sekuritas, PT Indo Premier Sekuritas, PT Morgan Stanley Sekuritas, dan PT Deutsche Sekuritas.

Sedangkan di pasar reguler, saham TLKM tergelincir 1,99 persen ke posisi Rp 3.950 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 22.402 kali dengan nilai transaksi Rp 2,5 triliun.

Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk cenderung tertekan sepanjang Oktober 2017. Saham TLKM turun 15,78 persen. Bahkan, investor asing melakukan aksi jual saham TLKM sebanyak Rp 7,29 triliun selama Oktober 2017 di seluruh pasar. Secara tahunan, investor asing sudah melakukan aksi jual Rp 7,7 triliun saham TLKM.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Saham Telkom Cenderung Tertekan

Sebelumnya, laju harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) masih mengalami tekanan pada pekan ini. Aksi jual investor yang cukup besar dinilai menjadi alasan tekanan terhadap saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Mengutip data RTI, Kamis, 19 Oktober 2017, saham TLKM turun 2,09 persen ke posisi Rp 4.210 per saham. Nilai transaksi mencapai Rp 972,25 miliar. Investor asing mencatatkan aksi jual mencapai Rp 389,38 miliar di seluruh pasar.

Sedangkan selama sepekan, saham TLKM merosot 5,18 persen dengan aksi jual investor asing mencapai Rp 3,01 triliun di seluruh pasar. Sepanjang Oktober 2017, saham TLKM turun 10,23 persen. Investor asing menjual saham PT Telekomunikasi Tbk (TLKM) sebanyak Rp 6,1 triliun di seluruh pasar.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai, tekanan saham TLKM didorong aksi jual investor asing yang besar. Akan tetapi, Alfred belum melihat faktor fundamental yang membuat investor asing melakukan aksi jual.

Alfred melihat, perilaku investor asing terhadap saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sama seperti saham PT Astra International Tbk (ASII) pada Juni-Juli 2017. Ketika investor asing menjual saham ASII cukup besar.

"Aksi jual investor asing lebih masih masif terkait dengan alasan investor asing jual saham itu belum ada. Ini seperti pergerakan saham PT Astra International Tbk pada Juni-Juli 2017 yang turun sahamnya," jelas Alfred saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, investor asing cenderung melakukan aksi ambil untung untuk saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). "Profit taking saham karena sudah besar akumulasi dari tahun lalu. Apalagi indeks kita sedang bagus," kata dia.

Terkait ada gugatan terhadap PT Telekomunikasi Indonesia Tbk oleh PT Citra Sari Makmur, Alfred menilai sentimen itu seharusnya tidak menjadi alasan investor asing untuk melakukan aksi jual saham Telkom.

"Telkom bukan pertama kali hadapi gugatan. Mulai dari 2012,2013, dan 2016. Sulit mengalahkan korporasi besar. Ini relatif tidak mungkin. Apalagi itu entitas asosiasi Telkom. Citra Sari Makmur sendiri dilikuidasi oleh PKPU dengan utang Rp 1,6 triliun," jelas dia.

Alfred juga menuturkan, investasi Telkom di PT Citra Sari Makmur juga sudah kecil sejak 2015. Mengingat PT Citra Sari Makmur masih catatkan rugi.

Sebelumnya dikabarkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk hadapi gugatan dari PT Citra Sari Makmur dengan nilai Rp 16 triliun.

Gugatan dilayangkan karena pemutusan hubungan kerja sama pemanfaatan jaringan tetap dan sarana penunjang (transponder) yang dilakukan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dianggap sewenang-wenang dan sepihak.

Sebelumnya pemegang saham PT CSM antara lain PT Tigamatra Media memegang saham sebesar 38,29 persen, PT Media Trio (L) Inc sebesar 36,71 persen dan PT Telkom sebesar 25 persen.

Alfred menuturkan, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masih menarik ke depan. Ini ditopang pertumbuhan industri dan kinerja keuangan yang baik. Alfred menuturkan, pelaku pasar akan menunggu hingga aksi jual mereda untuk kembali masuk.

"Investor domestik akan berselera dengan saham Telkom. Growt dan industrinya masih bagus. Selain itu bagi dividen," kata dia.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 21,94 persen menjadi Rp 12,10 triliun selama semester I 2017. Pada periode semester I 2016, laba perseroan mencapai Rp 9,92 triliun.

Kenaikan laba itu didukung kenaikan pendapatan 13,40 persen dari Rp 56,45 triliun pada semester I 2016 menjadi Rp 64,02 triliun pada semester I 2017. Laba usaha perseroan naik 19,60 persen menjadi Rp 23,78 triliun.

Alfred pun menargetkan harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk di kisaran Rp 5.900 dengan price earning (PE) 22 kali pada 2018.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya