Masalah Limbah Baterai, Bikin Yamaha Ragu Jual Motor Listrik

Yamaha sudah uji market motor listrik, tapi belum menjual motor listrik karena terkendala beberapa masalah. Salah satunya limbah baterai.

oleh Arief Aszhari diperbarui 02 Nov 2017, 10:31 WIB
Motor listrik Yamaha menggunakan baterai lithium ion. (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut era motor listrik di Tanah Air, banyak pabrikan besar asal Jepang yang sudah bersiap-siap. Salah satunya, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), yang sudah menguji coba salah satu motor listriknya, Yamaha E-Vino.

Pabrikan berlambang garpu tala ini menyediakan 10 unit Yamaha E-Vino, untuk diuji coba sebulan penuh oleh empat institusi. Hal tersebut, untuk menguji pasar, sebelum akhirnya motor ini diniagakan di pasar otomotif Tanah Air, baik diproduksi secara lokal maupun didatangkan secara CBU atau impor utuh.

Dijelaskan Wakil Presiden Eksekutif PT YIMM, Dyonisius Beti, pihaknya memang tidak mau gegabah untuk langsung menjual motor listrik. Masih ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, seperti segi keselamatan dan cara berkendara masyarakat Indonesia, karena motor listrik tidak bersuara dan berpeluang terjadi kecelakaan lebih tinggi.

 

Foto dok. Liputan6.com

"Hal lainnya adalah baterai yang digunakan motor ini, adalah lithium-ion, dan penanganan limbah ini (baterai). Di Indonesia, baterai kecil saja habis pakai langsung dibuang begitu saja," jelas Dyon di sela-sela perkenalan Yamaha E-Vino di Elite Club Epicentrum, Jakarta Selatan, Rabu (1/11/2017).

Lanjut Dyon, jika baterai motor listrik dibuang begitu saja, bakal mencermarkan air dan tanah. Hal tersebut akan berbahaya sehingga penanganan baterai ini harus lebih hati-hati.

"Bahkan, kalau aki sekarang saja bisa dikumpulkan lagi oleh toko, bisa dijual bekas. Nah, kalau baterai ini tidak gampang didaur ulang. Ini menyangkut masa depan anak cucu kita, kalau ini sampai terjadi, bakal jadi racun dan berbahaya. Ini pertimbangan Yamaha bikin tes marketing dahulu," tegasnya.

Namun, hambatan motor listrik ini tidak ingin dijadikan Yamaha sebagai sesuatu yang pesimistis untuk jual motor listrik. Pasalnya, pemerintah sudah memiliki roadmap pada 2025, yakni 20 persen motor yang yang dijual di Indonesia harus motor listrik.

"Perjalanan tidak panjang menuju 2025, hanya tujuh tahun, dan kita sudah mulai. Kita optimistis, tapi optimistis saja tidak cukup karena untuk masuk Indonesia harus memikirkan lebih untuk konsumen, safety, culture, dan masyarakat," pungkasnya.


Rentan Banjir, Yamaha Masih Ragu Jual Motor Listrik

Motor listrik Yamaha. (Arief/Liputan6.com)

Kehadiran motor listrik di Tanah Air sudah semakin berkembang dengan cepat. Banyak pabrikan atau merek yang mulai unjuk gigi, menghadirkan motor ramah lingkungan tersebut di pasar Indonesia.

Dimulai dengan Viar yang menghadirkan Q1, dan menyusul Gesits awal tahun. Kedua trigger tersebut sepertinya menggoyahkan hasrat dua pabrikan besar roda dua asal Jepang, Honda dan Yamaha. Jika Honda bakal membawa PCX listrik tahun depan, berbeda dengan Yamaha yang baru mulai menguji motor listriknya, dengan menghadirkan E-Vino yang sudah dipasarkan di Jepang dan Taiwan.

Foto dok. Liputan6.com

Dijelaskan Wakil Presiden Eksekutif PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, Dyonisius Beti, pihaknya memang tidak langsung menjual motor ini di Tanah Air. Meskipun, secara manufaktur, pabrikan berlambang garpu tala ini sudah cukup siap.

"Kami sudah produksi Fino di Indonesia, menjadi kendaraan listrik tidak sulit dari sisi teknologi dan manufacturing. Tetapi kami tidak berani gegabah untuk menjual langsung ke pasar," jelas Dyon di sela-sela perkenalan Yamaha E-Vino di Elite Club Epicentrum, Jakarta Selatan, Rabu (1/11/2017).


Next

Yamaha Indonesia Motor Manufacturing memperkenalkan motor listrik sekaligus tes pasar.

Dyonisius menambahkan, bagi Yamaha memang semua tertarik kendaraan listrik, dan pabrikan asal Negeri Matahari Terbit ini sangat memperhatikan generasi terbaru dan masa depan. Tidak hanya penjualan, lalu mendapatkan keuntungan, tapi dampak dari pemasaran juga harus diperhatikan.

"Jual gampang, tapi bagaimana tentang perpindahan konsumen dari bensin ke listrik, dan efek di masyarakat. Kendaraan listrik itu tidak mudah, di negara lain tidak banjir, di Indonesia banyak banjir. Musim hujan pun banjir dilewati. Tapi motor ini berbeda, motor bensin lewat paling mogok, kalau motor bisa nyetrum, dan ini cukup berbahaya," kata Dyonisius.

 

Foto dok. Liputan6.com

Selain itu, keselamatan kedua yang harus diperhatikan merupakan budaya berkendara motor di Indonesia. Banyak pemotor yang berkendara tidak sesuai aturan, dan motor listrik ini tidak ada suaranya, jadi lebih berisiko.

"Kalau di Indonesia, motor yang tidak ada suaranya banyak sekali terjadi kecelakaan. Faktor ini juga yang Yamaha pertimbangkan dengan matang, di mana culture berkendara di Indonesia berbeda dengan Jepang atau negara Eropa yang sangat taat peraturan," ia menjelaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya