Bos Sogo: Ancaman Ritel RI Bukan Belanja Online

Pemerintah dan pengusaha harus bekerja sama untuk mengendalikan harga-harga barang agar tidak lebih mahal dibanding negara tetangga.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Nov 2017, 18:30 WIB
Diskusi mengenai industri ritel di Jakarta Pusat, Rabu (1/11/2017). (Fiki/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Sogo Indonesia, Handaka Santosa meminta kepada pemerintah untuk menjaga stabilitas harga-harga barang. Pasalnya, kebiasaan orang-orang Indonesia yang lebih gemar berbelanja di luar negeri bisa menjadi ancaman toko ritel modern domestik ke depan ketimbang toko online atau e-commerce.

"Kami minta yuk sama-sama pemerintah jaga harga-harga barang di dalam negeri. Jangan sampai mereka lebih senang berbelanja ke luar negeri," kata Handaka saat ditemui dalam Diskusi Kongkow Bisnis Pas FM di Hotel Ibis, Jakarta, Rabu (11/1/2017).

Dia mengungkapkan, saat ini harga tiket pesawat ke luar negeri jika memesan jauh-jauh hari sangat murah. Bahkan harga jualnya bisa sama dengan harga tiket kereta api. Fenomena lainnya, orang Indonesia kini sering ke luar negeri dengan rombongan.

"Yang ke luar negeri sekarang bukan cuma kelas atas, tapi kelas menengah ke bawah karena harga tiketnya sudah sama dengan naik kereta api. Ini yang harus diantisipasi pemerintah dan pengusaha," terangnya.

Lebih jauh Handaka mengatakan, pemerintah dan pengusaha harus bekerja sama untuk mengendalikan harga-harga barang agar tidak lebih mahal dibanding negara tetangga, Singapura dan Malaysia.

"Jangan sampai harga barang lebih tinggi dibanding Singapura dan Malaysia. Karena ada harga beberapa barang yang lebih murah di sana ketimbang di sini. Ritel kan tidak melulu dalam negeri, ini masalah kecocokan karena orang sudah cocok pakai kosmetik A, tidak akan mau ganti ke merek B," tuturnya.

"Kalau orang kita lebih senang belanja ke luar negeri, kita akan kehilangan banyak potensi," tutur Handaka.

Handaka mengaku lebih khawatir dengan fenomena tersebut daripada bisnis online yang sudah menjamur. Alasannya karena porsi kontribusi e-commerce terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hanya 1-2 persen.

"Kontribusinya masih kecil sekali dibanding bisnis offline. Kita juga sudah punya MAP EMALL.com dengan model bisnis online to offline. Bisa order via online, tapi bisa ambil barang di gerai kita yang ada di mal terdekat. Jadi kita mengubah bisnis," jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya