Kecerdasan Buatan Mampu Deteksi Niat Orang yang Ingin Bunuh Diri

Kecerdasan buatan ini nanti akan hadir dalam algoritma dengan mendeteksi pikiran orang yang ingin bunuh diri.

oleh Jeko I. R. diperbarui 03 Nov 2017, 06:30 WIB
Sejumlah pakar robot yang dilengkapi kecerdasan buatan (artificial intelligence) mengajukan petisi kepada PBB.

Liputan6.com, Pennsylvania - Peran kecerdasan buatan kini terus dikembangkan untuk membantu kehidupan umat manusia. Terbaru, ilmuwan dari Universitas Carnegie Mellon, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), megnembangkan program komputer berbasis kecerdasan buatan yang mampu mendeteksi pikiran seseorang yang ingin bunuh diri.

Ilmuwan dan psikolog Marcel Just berujar, jika teknologi rampung nantinya akan digunakan untuk mendiagnosis kesehatan mental seseorang, khususnya bagi yang ingin bunuh diri akibat frustasi dan depresi.

"Setiap tahun ada lebih dari satu juta orang meninggal karena bunuh diri. Kami ingin membantu menguranginya," ujar Just seperti dikutip The Average, Kamis (2/11/2017).

Untuk permulaan, tim peneliti kini akan menguji coba dua kelompok sukarelawan orang dewasa yang memiliki niat bunuh diri dan tidak punya niat sama sekali. Aktivitas otak mereka, akan diamati dengan seksama.

Kemudian, data dari dua kelompok yang berjumlah 34 orang ini akan diproses ke algoritma kecerdasan buatan untuk dibaca.

Setelah diproses, algoritma akan mengumumkan hasil, yang mana yang memiliki niat bunuh diri yang kuat. Hasilnya pun sebanding, dari 34 sukarelawan, 17 orang di antaranya ternyata ingin bunuh diri, dan sisanya tidak sama sekali.

"Hasilnya mengejutkan. 17 orang yang niat bunuh diri itu tingkat akurasinya 91 persen. Bahkan mereka sempat mencoba bunuh diri sebelumnya," ungkap Just.


Masih Diragukan

Ilustrasi Foto Bunuh Diri (iStockphoto)

Pada kesempatan lain, pakar neurosains Blake Richards, berpendapat cara kerja teknologi berbasis kecerdasan buatan tersebut belum cukup kuat dan membantu para psikolog untuk menetapkan diagnosa.

"Polanya belum jelas, masih berkorelasi. Hasilnya mungkin bisa saja akurat, tetapi harus masih disempurnakan karena (teknologi) ini kan akan digunakan di dunia klinis," ujar Blake.

Bagaimana pun, Blake menyambut positif upaya peneliti mengembangkan teknologi ini untuk mendeteksi keinginan bunuh diri di masa mendatang.

"Selama fungsinya membantu, ya kenapa tidak. Yang penting, teknologinya dirampungkan saja dulu," pungkasnya.

(Jek/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya