Liputan6.com, Seoul - Korea Utara memiliki sebuah rumah sakit untuk perawatan para prajurit yang terpapar radiasi nuklir di situs pengujian Punggye-ri, demikian menurut laporan media Jepang.
Pada Rabu lalu, Asahi Shimbun melaporkan bahwa rumah sakit yang dimaksud terletak dekat Pyongyang, di Provinsi Hwanghae Utara. Pasien-pasiennya adalah para prajurit yang bekerja di Punggye-ri dan keluarga mereka.
Baca Juga
Advertisement
Kepada Asahi Shimbun, seorang sumber yang tidak ingin disebutkan namanya tidak menyebutkan jumlah pasien yang terpapar radiasi nuklir Korut, demikian ditutip dari UPI pada Kamis (2/11/2017).
Menurut laporan tersebut, rezim Kim Jong-un mempekerjakan "ratusan ribu" tentara Korea Utara untuk menggali terowongan-terowongan bawah tanah di Punggye-ri atau menjaga situs tersebut.
Korea Utara telah melakukan beberapa pengujian nuklir di situs itu selama hampir satu dekade sejak Oktober 2006. Pengujian terkini berlangsung pada September lalu dan diumumkan sebagai pengujian keenam kalinya.
Pengujian dan peluncuran rudal oleh Korea Utara mengundang kutukan dari berbagai penjuru dunia dan sanksi ekonomi yang berat.
Sebelumnya, Asahi melaporkan kabar yang beredar di antara warga Korea Utara yang tinggal di sekitar situs tentang adanya "penyakit hantu" yang menyebar "karena pengujian-pengujian nuklir".
Menurut News 1, sebagian laporan itu mendapat dukungan dari kementerian penyatuan Korea Selatan.
Sekitar 30 pembelot yang meninggalkan Korea Utara setelah uji nuklir pertama pada 2006 telah menyatakan kecemasan telah terpapar radiasi dan mereka minta diperiksa, demikian menurut Seoul dalam sebuah laporan kepada Dewan Nasional.
200 Orang Tewas di Lokasi Uji Coba Senjata Nuklir Korut?
Sementara itu, kabar sebelumnya melaporkan, sekitar 200 orang tewas pasca-uji coba pada 3 September lalu, karena runtuhnya terowongan bawah tanah di lokasi uji coba nuklir Punggye-ri.
Meski terjadi pada bulan lalu, kabar tersebut baru terendus belakangan. Terowongan di situs uji coba nuklir Punggye-ri dilaporkan sedang menjalani proses konstruksi sekitar 10 September 2017, beberapa hari setelah bom atom diuji coba.
Seperti dilaporkan stasiun televisi Jepang, TV Asahi, sekitar 100 pekerja tewas saat terowongan runtuh. Ketika upaya penyelamatan dilakukan, longsor dilaporkan kembali terjadi di titik lain, dan diduga merenggut seratus nyawa lainnya.
Belum ada konfirmasi terkait insiden tersebut. Korut dikenal jarang mengakui adanya kecelakaan besar yang terjadi di negaranya, apalagi yang menyangkut program nuklir yang jadi kebanggaannya.
Uji coba bom hidrogen diduga jadi pemicu ambruknya terowongan. Tokyo memperkirakan, kekuatannya itu mencapai 160 kiloton atau lebih dari 10 kali kekuatan senjata nuklir yang menghancurkan Kota Hiroshima di penghujung Perang Dunia II.
Pihak Korea Selatan juga belum mengonfirmasi laporan tersebut. Juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel mengaku belum mendapatkan informasi soal ambruknya terowongan bawah tanah di lokasi uji coba nuklir Korut.
"Kami mengetahui laporan tersebut tapi belum mendapat informasi apa pun terkait insiden itu," kata dia, seperti dikutip dari Global News.
Sebelumnya, di depan parlemen, Badan Meteorologi Korea Selatan atau Korea Meteorological Administration mengatakan, jika terjadi ledakan nuklir lain di Korut, niscaya itu bisa memicu keruntuhan di pegunungan yang menjadi lokasi uji coba.
Bahaya tak sampai di situ. Kebocoran bahan radioaktif bisa menyusul kemudian. Bencana lingkungan seperti yang terjadi pasca-luruhnya reaktor PLTN Fukushima Dai-ichi akibat gempa dan tsunami 2011 pun bisa terjadi. Tak hanya di Korut, tapi juga "menular" hingga negeri tetangga, China.
Sejumlah ahli juga memperingatkan bahwa uji coba keenam Korut di situs tersebut bisa memicu ketidakstabilan wilayah. Area tersebut berisiko tak lagi bisa digunakan lagi untuk tes selanjutnya.
Advertisement