Liputan6.com, Jakarta - Maskapai asal Rusia Aeroflot membuat kebijakan kontroversial kepada pramugari yang bekerja di perusahaannya. Mereka memutuskan untuk memberikan gaji pramugari sesuai dengan berat badan serta ukuran baju mereka. Artinya jika berat badan dan ukuran baju pramugari membesar maka gaji yang diterima pun semakin sedikit.
Dilansir dari BBC, Sabtu (4/11/2017), setiap pramugari difoto dan diukur berat badannya. Mereka harus memenuhi ukuran yang sudah ditentukan. Ukuran baju 48 (Rusia) atau yang ekuivalen dengan ukuran 14 (Inggris) dan 12 (Amerika Serikat).
Baca Juga
Advertisement
Tak hanya sampai di situ, pihak manajemen juga tidak memperbolehkan pramugari yang dianggap 'terlalu tua, gemuk dan jelek' untuk melayani rute internasional.
"Manajemen mengatakan kepada kami bahwa hanya pramugari muda dan langsing yang akan bertugas melayani rute internasional Aeroflot," kata seorang pramugari bernama Yevgenia Magurina
Alhasil, yang bisa dilakukan para pramugari ini adalah mati-matian menurunkan berat badan agar bisa bertugas di jalur internasional yang memberikan lebih banyak penghasilan.
"Para pramugari pingsan karena menahan lapar demi berusaha memenuhi kriteria baru ini," kata Natalia (42), salah seorang pramugari.
Buat Geram Pramugari
Tentu, peraturan ini pun membuat para pramugari geram. Salah satunya yang merasa mendapat diskriminatif adalah Evgenia Magurina.
Kepada BBC ia bercerita, gajinya dipotong 30 persen setelah berat badannya dianggap terlalu besar. Ia juga bukan orang satu-satunya yang kena dampak, setidaknya ada 500 pramugari yang menjadi korban kebijakan ini.
"Awalnya aku terkejut. Kebijakan itu tak masuk akal. Bagaimana bisa mereka memotong gaji karena ukuran bajumu? Mereka berkata 'kesuksesan' seorang pramugari bergantung kepada ukuran tubuhnya, dan itu benar-benar membuatku tersinggung," kata Magurina yang mengaku punya pengalaman sebagai pramugari selama tujuh tahun.
Margurina dan satu pramugari lain Irina Ieursalimskaya, memutuskan untuk menggugat Aeroflot dengan tuduhan melakukan diskriminasi. Pengadilan Moskow akhirnya memutuskan Aeroflot sebagai pihak yang bersalah.
Advertisement