Liputan6.com, Cirebon - Musik pantura di Cirebon dan Indramayu semakin mengakar sejak memasuki evolusi fase keempat. Dari semula hanya gitar dan suling (tarling), musik pantura kini lekat dengan genre dangdut dengan memasukkan organ sebagai bagian alat musik utama. Sebutannya dangdut pantura.
Di fase keempat ini, musik pantura tetap mempertahankan ciri khasnya, yakni menggunakan bahasa Cirebon-Indramayu. Perubahan signifikan terletak pada fakta bahwa sebagian besar pencipta maupun penyanyi pantura tidak menguasai alat musik khas pantura, yakni gitar dan suling.
Para penyanyi biasanya bergabung dengan kelompok musik tertentu. Seiring dengan perkembangan dangdut di kawasan pantura, sejumlah kelompok dangdut pun semakin banyak. Tidak sedikit dari mereka yang ikut dalam ajang kontes pencarian bakat dalam musik dangdut.
Baca Juga
Advertisement
Penggiat dangdut pantura Cirebon dan Indramayu, Rakhmat Hidayat, mengatakan, selain dari lagu dan irama musik, dangdut pantura memiliki keunikan tersendiri dalam setiap perkembangannya melayani permintaan masyarakat untuk manggung.
"Ada bulan-bulan tertentu yang menjadi pantangan kelompok dangdut di pantura, baik Cirebon maupun Indramayu," kata dia, Selasa, 1 November 2017.
Menurut Rakhmat, kelompok dangdut pantura umumnya baru banjir pesanan manggung setelah Idul Fitri atau bulan Syawal. Menurut dia, hal itu karena keyakinan warga atas bulan Syawal sebagai bulan baik untuk menggelar syukuran, hajatan, pernikahan, atau khitanan.
Selain itu, banjir pesanan manggung kelompok dangdut pantura juga terjadi pada bulan Zulhijah. Bulan itu, kata dia, diyakini merupakan hari baik bagi warga pantura yang akan menggelar pesta pernikahan.
"Itu di luar bulan Ramadan loh ya, karena kalau bulan puasa, kita sebulan penuh libur. Tidak menerima orderan manggung," ujar dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bulan Kapit
Sementara itu, ada juga satu waktu yang menjadi pantangan para pengiat dangdut pantura di Cirebon dan Indramayu, yakni, di antara bulan Syawal dan bulan Dzulhijah.
Dia mengatakan, di antara Syawal dan Zulhijah dianggap masuk bulan kapit atau bulan kejepit. Setiap bulan kapit, kata dia, dianggap sebagai bulan yang menjadi pantangan untuk menggelar pesta pernikahan, syukuran, maupun khitanan.
"Ini memang sudah menjadi tradisi dan keyakinan masyarakat pantura Cirebon dan Indramayu. Artinya, filosofi masyarakat Indramayu dan Cirebon yang mengkultuskan," ujar dia.
Rakhmat mengatakan, masyarakat pantura Cirebon dan Indramayu meyakini bulan kapit menjadi bulan yang penuh kesialan dari semua sektor seperti usaha. Termasuk, kata dia, menggelar acara hiburan dangdut.
Meski begitu, ucap dia, kelompok dangdut pantura Indramayu tetap berusaha. Mereka mengalihkan target dengan mencari perhelatan lain, seperti acara peluncuran kendaraan bermotor, syukuran sekolah, hingga peluncuran produk.
"Kita memang kalau masuk bulan kapit, tidak pernah menerima job untuk acara yang menjadi pantangan masyarakat pantura. Kami sangat menghargai kearifan lokal di sini," kata dia.
Advertisement