Liputan6.com, Denpasar - Tangannya begitu terampil memilih dan memilah sampah yang dihasilkan dari warung di depan rumahnya. Ia pisahkan sampah organik dan non-organik. Sejurus kemudian, ia mengemasnya dalam plastik terpisah.
"Nanti akan dijual di dekat sini. Desa Penglipuran mengumpulkan sampah dan diolah sendiri. Tiap sampah yang dihasilkan dijual lagi," kata Ni Nyoman Nari saat disapa Liputan6.com, Kamis (2/11/2017).
Nari merupakan warga Penglipuran. Saban hari ia menjaga warung di depan rumahnya. Sejumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa Penglipuran selalu berburu oleh-oleh dari rumah-rumah warga sekitar yang banyak menjajakan buah tangan.
Baca Juga
Advertisement
Ya, desa tempat tinggal Ni Nyoman Nari merupakan desa wisata yang terletak di Kabupaten Bangli. Setiap hari, ratusan wisatawan dalam dan luar negeri berkunjung ke sini. Desa Penglipuran bahkan pernah menyabet penghargaan sebagai salah satu dari tiga desa terbersih di dunia.Jika Anda berkunjung ke Desa Penglipuran, Anda akan takjub dengan suasana sekitar. Tak ada sampah sedikitpun berserakan di jalan. Puntung rokok saja tidak ada. Semua tertata rapi. Sampah-sampah bahkan bisa memberikan nilai tambah bagi warga sekitar.
Ketua Pengelola Desa Wisata Penglipuran, I Nengah Moneng bercerita, di desanya, sampah merupakan hal utama yang mendapat porsi besar. Bagi mereka, peduli terhadap lingkungan salah satu bentuk pengejawantahan Tri Hita Karana dalam konsep ajaran agama Hindu.
Dalam Tri Hita Karana diatur bagaimana keseimbangan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan.
"Di sini sekecil apapun kita diskusikan bersama warga. Tujuannya tentu adalah bagaimana menjaga kelestarian lingkungan kita dalam konsep Tri Hita Karana," jelas Moneng.Luas wilayah Desa Penglipuran 112 hektar. Dari jumlah itu, hanya 9 hektar saja yang digunakan untuk pemukiman 243 KK atau 986 jiwa. 45 hektar dialokasikan untuk hutan bambu. Sisanya untuk fasilitas umum dan lahan pertanian warga.
Sejak dahulu, kata Moneng, kebersihan merupakan hal utama yang berlangsung secara turun temurun. Kebiasaan para leluhur itu dilestarikan hingga saat ini di Desa Panglipuran.
Jalan Menuju Desa
Untuk untuk urusan kebersihan lingkungan diatur dalam awig-awig atau peraturan desa. Dalam awig-awig, kata Moneng, setiap warga memiliki tanggung jawab menjaga kebersihan, kelestarian, keasrian dan keindahan desa mereka.
Atas dasar itu pula kemudian tumbuh kesadaran dalam diri warga untuk menjaga lingkungan mereka. Seperti yang dilakukan oleh Ni Nyoman Nari, yang menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya.
Tiap kali ada sampah jatuh, Nari buru-buru membersihkannya. Memang tak ada sanksi bagi warga yang melanggar aturan desa tersebut. Hanya saja, teguran yang diberikan oleh cukup menjadi sanksi sosial bagi warga.
Sejumlah wisatawan yang mengunjungi Desa Penglipuran cukup kagum dengan kebersihan dan tata ruang Desa Penglipuran. Jika Anda berkunjung ke sini, Anda akan benar-benar merasakan udara yang sejuk dan bersih. Cukup merogoh kocek Rp10 ribu perorang, kita bisa bebas sepuasnya jalan-jalan di desa yang terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli itu.
Banyak spot-spot selfie yang disediakan di lokasi. Jika Anda tertantang ingin merasakan bagaimana kehidupan warga setempat, Anda bisa menyewa home stay yang banyak ditawarkan di sekitar lokasi. Harganya berkisar Rp500 ribu permalam.
Tertarik mengunjunginya? Silakan datang langsung ke Desa Penglipuran. Dari Denpasar, Anda membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk mencapai lokasi.
Dari Denpasar, Anda menuju Kabupaten Gianyar, lalu menuju Kabupaten Bangli. Lantaran cukup terkenal, banyak penunjuk arah menuju Desa Penglipuran. Jika Anda bertanya kepada masyarakat, mereka akan dengan senang hati menunjukkan arah jalan menuju Desa Penglipuran.
Advertisement