Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Mass Rapit Transit (MRT), William Sabandar mengatakan, kehadiran MRT bertujuan mendorong masyarakat berpindah moda transportasi publik.
Dia menyebut, tugas MRT tidak hanya membangun infrastruktur, melainkan juga membangun gaya hidup baru, gaya hidup yang mencintai transportasi publik.
Advertisement
"Untuk itu, MRT dibuat senyaman dan seaman mungkin dan berstandar internasional," kata Wiliam di Jakarta, Jumat (3/11/2017).
Untuk stasiun misalnya, yang dibuat tidak hanya sebagai tempat transit, melainkan juga sebagai pusat kesenian dan pusat belanja.
"Stasiun jadi tempat komunitas, tempat pertunjukan seni, musik, semua untuk menarik warga," kata dia
Dengan menjadikan MRT dan tansportasi umum sebagai gaya hidup, ke depan William yakin masyarakat tidak akan memilih naik transportasi publik lantaran terpaksa melainkan karena kesadaran.
"Kalau mau Jakarta yang baik dan nyaman, dan sifatnya inklusif untuk semua warga Jakarta, kita harus dorong ke arah meninggalkan (kendaraan) pribadi," ucapnya.
Sementara Direktur Operasional MRT Agung Wicaksono mengatakan, hadirnya MRT diharapkan tidak hanya jadi pilihan baru moda transportasi, melainkan juga mengubah gaya hidup dari mengandalkan kendaraan pribadi menjadi pengguna setia kendaraan umum.
Dia mengatakan, hadirnya MRT harus dapat mengubah gaya hidup warga Jakarta. Dia akan mempopulerkan gaya hidup BMW alias Bus, MRT, Walk.
"Kita ingin ubah gaya hidup, lifestyle, MRT harus mengubah dari traffic kayak begini, menjadi katalis mengubah gaya hidup, budaya, namanya BMW,’’ kata Agung.
Nantinya, bus yakni Transjakarta akan terintegrasi atau menjadi bus pengumpan yang mengantarkan warga menuju stasiun MRT.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Warga Siap Beralih
Dinda, warga Lebak Bulus yang bekerja sebagai karyawan bank swasta di kawasan Thamrin mengaku siap beralih ke MRT jika sudah beroperasi.
"Besok ke kantor tanpa macet bukan cuma mimpi," ujar Dinda bersemangat, Kamis 2 November 2017.
Dinda mengaku sangat menantikan kehadiran MRT. Saat ini, dalam sehari Dinda menghabiskan waktu di jalan lebih dari tiga jam. Dari rumahnya, daerah Lebak Bulus menuju kantornya di kawasan Thamrin menghabiskan waktu hampir dua jam.
"Kalau kepepet saya naik ojek," ucapnya.
Dinda mengaku iri dengan negara tetangga yang sudah menikmati MRT jauh sebelum Indonesia. Dinda berjanji bila MRT selesai, dai rela meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah.
"Saya mau kok naik kendaraan umum kalau cepat dan nyaman," akunya.
Advertisement