Urban Sketch Makin Hits di Kalangan Milenial

Menggambar sambil traveling lalu mengunggahnya ke media sosial jadi aktivitas yang makin hits di kalangan milenial.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 04 Nov 2017, 11:00 WIB
Foto: Ahmad Ibo/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Gabriel Campanario merupakan jurnalis asal Spanyol yang bekerja untuk The Seattle Times, baik yang edisi cetak maupun online. Bertugas sebagai seniman ilustrator sekaligus jurnalis, membuat Gabi lebih peka dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Melalui sketsa dan tulisan, dirinya kerap menceritakan semua peristiwa melalui gambar dan tulisan yang menyentuh. Seni sketsa kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia dan menghidupkan kembali kumunculannya di tengah masyarakat, termasuk di Indonesia.

Ersta, Ketua Bogor Sketchers kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu mengatakan, fenomena urban sketch di Indonesia sendiri muncul bersamaan dengan hadirnya sosial media. Melalui beragam platform media sosial, urban sketch menyebar bak virus yang membuat takjub orang yang melihatnya.

“Faktor medsos membuat urban sketch makin dikenal orang Indonesia. Sebenarnya kemunculan seni sketsa sendiri sudah lama, tapi ini seperti bangkit kembali, bahkan sekarang makin beragam orang yang tertarik, termasuk anak-anak,” ungkap Ersta.

Lebih jauh Ersta mengatakan, dalam urban sketch sendiri terdapat banyak aliran, mulai dari lanskap sketch, travel skecth, hingga yang sedang hits di masyarakat Indonesia saat ini yaitu kuliner sketch. Bagi Ersta, hobi traveling dan menggambar sangat memungkinkan untuk dikoloborasikan, bahkan oleh banyak kalangan digunakan untuk mempromosikan tempat-tempat wisata.

“Pulo Geulis ini misalnya, sedang dipromosikan oleh Pemkot Bogor untuk menjadi destinasi wisata. Di situ akan dibangun kampung pelangi. Kita nye-ket di sana, upload ke media sosial, virtal, orang-orang yang mellihat pasti penasaran, dan nanya-nanya itu di mana. Itu kan jadi media promosi tersendiri,” kata Ersta.

 


Jangan Takut untuk Mencoba

Foto: Ahmad Ibo/ Liputan6.com.

Menurut Ersta, orang-orang tidak perlu takut untuk coba menekuni hobi baru ini. Mengingat semua orang punya bakat mencoretkan sesuatu. “Kita tahu, anak-anak kecil selain ngomong, pasti pensil, dia menghajar entah itu ditembok. Pasti itu. Pasti mereka berekspresi sama itu. Sebetulnya itu tinggal diarahkan saja. Buat saya sih yang penting modalnya berani. Kalau sudah berani pasti bisa. Jangan takut dibilang jelek, karena bisa dilihat gaya sketcher itu berbeda-beda,” kata Ersta.

Komunitas Bogor Sketcher sendiri lahir dari para anggotanya yang latar belakang berbeda-beda. Hal tersebut menandakan, seni sketsa bukan hanya monopoli orang dengan latar belakang seni rupa dan arsitek.

“Aku memang dari seni rupa, tapi ada juga yang pegawai biasa, ada yang arsitek, ada yang pekerja proyek. Siapa pun sebenarnya bisa. Asal mau dan berani. Sebenarnya sketching itu asal berani. Berani menggores,” kata Ersta menambahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya