Cerita Putri Sunda yang Menolak Takluk pada Majapahit

Nama putri Sunda itu adalah Citraresmi. Saat Gajah Mada dari Majapahit memerintahkannya menjadi upeti, ia pilih bunuh diri.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 04 Nov 2017, 08:01 WIB
Nama putri Sunda itu adalah Citraresmi. Saat Gajah Mada dari Majapahit memerintahkannya menjadi upeti, ia pilih bunuh diri. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Lengkingan seruling memecah suasana hening di antara penonton di Amphiteater Nu-Art Sculpture Park Bandung, Selasa malam, 31 Oktober 2017. Di sebuah kursi, Citraresmi sang putri Sunda, duduk dengan posisi membelakangi penonton. Musik tradisional dan kidung yang dilantunkan Nini Dayang membuat suasana semakin gamang.

Tujuh perempuan Galuh, pelayan sekaligus pengawal Citraresmi, putri kebanggaan rakyat Kawali, tampak memeragakan kekuatan bela diri. Sebuah tanda bahwa Citraresmi dipagari perempuan-perempuan kuat.

Dalam hatinya, Citraresmi merasa berat harus meninggalkan Galuh. Sebab, tinggal waktu jualah yang akan mempertemukan dirinya dengan Prabu Hayam Wuruk dalam sebuah perkawinan.

"Melati dari Kawali begitulah mereka menjulukiku," kata Maudy Koesnaedi yang memerankan Citraresmi. Sorotan lampu menerangi wajahnya ke mana pun Citraresmi berjalan di atas panggung.

Permainan sorotan cahaya kelam sesekali turut mengiringi kecemasan yang menggelayut dalam hati Citraresmi. Dia khawatir perkawinan tersebut seperti bunga melati yang mekar sepanjang perjalanan lantas layu di tempat tujuan.

Sesampainya di Bubat, Citraresmi beserta pengawalnya heran tak ada penyambutan dari Rama Prabu. Mereka pun bertanya-tanya ke manakah gerangan. Merasa lelah, Citraresmi tidur di pangkuan bibi dan dalam mimpinya terbayang sesuatu akan terjadi pada dirinya.

Lalu dalam adegan berikutnya, saat Putri Citraresmi berdandan menyambut perkawinannya, tersiar kabar mengejutkan. Patih Gajah Mada tiba-tiba meminta Putri Citraresmi diserahkan sebagai tanda takluknya Pajajaran atas Majapahit.

"Aku, Citraresmi tak akan kubiarkan diriku sebagai upeti," ucap Citraresmi sambil disambut penari dengan gerak ilmu bela diri menyerupai silat. Musik berirama Sunda dipadukan dengan instrumen kontemporer berima cepat mengiringi tarian.

Seketika tempo perlahan melambat. Citraresmi dari tanah Sunda berdiri di depan para pengawalnya. Kedua tangannya diangkat ke udara dan seketika menghunus patremnya ke dalam perut membunuh dirinya sendiri.

Itulah akhir dari geladi resik tari, peran, dan dialog Citraresmi. Pertunjukan teater berdurasi 1,5 jam itu mengundang tepukan riuh para penonton.

Saksikan video pilihan berikut:


Kekuatan Perempuan Sunda

Nama putri Sunda itu adalah Citraresmi. Saat Gajah Mada dari Majapahit memerintahkannya menjadi upeti, ia pilih bunuh diri. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Teater Citraresmi digarap Titimangsa Foundation bekerja sama dengan Mainteater. Bertindak selaku produser teater Citraresmi Happy Salma dan sutradara Wawan Sofwan. Adapun naskah oleh Toni Lesmana.

Pemain teater yaitu Maudy Koesnaedi sebagai Citraresmi, Miming Suwandi (Dewi Laralinsing), Ida Rosida Koswara (Nini Dayang), Ririn Candraresmi (Bibi Pengasuh), Ria Ellysa Mifesdla (Dayang Bayan), Hanna Rosiana (Dayang Sari), Maudy Widitya (Dayang Sangit), Wina Rezky Agustina (Dayang Paguneman), Dini Dian Anggraeni (Dayang Pasiran), Ulfa Yulia, dan Elfira Sofianni Putri (Dayang).

Melalui sosok Citraresmi atau yang dikenal sebagai Dyah Pitaloka, kekuatan perempuan di Tanah Sunda ditampilkan. Wawan mengatakan, gagasan mementaskan Citraresmi berasal ketika bertemu dengan sutradara Happy Salma. Persiapan pertunjukan dimulai dengan latihan sejak awal 2017.

"Kita latihan sudah berbulan-bulan. Saya sendiri ketika ditawari rencana ini langsung tertarik," kata Wawan dalam jumpa pers.

Dia menerangkan, rentetan peristiwa dalam pertunjukan Citraresmi dikemas lewat gerak, dialog, monolog, tembang, dan tari-tarian. Unsur tari memang lebih banyak dalam mengeksplorasi sisi kesenian. "Tarian dalam pementasan ini bisa mendekati keinginan kami," kata Wawan.


Bukan Korek Luka Lama

Nama putri Sunda itu adalah Citraresmi. Saat Gajah Mada dari Majapahit memerintahkannya menjadi upeti, ia pilih bunuh diri. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Menurut Wawan, pementasan tidak dimaksudkan membuka luka lama atas tragedi Perang Bubat. "Tidak ada niat politis ini murni kesenian. Kalau ada sesuatu terkait luka lama saya pikir juga rekonsiliasi bagus kalau sumber utamanya tahu," ucapnya.

Wawan menambahkan, naskah yang digarap Toni merupakan hasil riset dan diskusi dengan berbagai pihak. Termasuk mendatangi Kawali dan melakukan ziarah. "Ya, saya dan penulis banyak melakukan diskusi dan riset untuk memenuhi unsur sejarahnya," tutur Wawan.

Penata musik Iman Ulle mengatakan, musik yang diperdengarkan tidak menghilangkan sisi tradisi. "Agak keluar dari mainstream iya tapi tidak terikat yang baku. Kita ingin menampilkan kesan teater yang universal," katanya.

Sementara, bagi Maudy Koesnaedi, sosok Citraresmi tak bisa dilihat hanya pada caranya mengakhiri hidup. Perempuan bernama lain Dyah Pitaloka itu, menurutnya, menjunjung tinggi kehormatan Kerajaan Sunda.

"Citraresmi sejak masih usia belasan tahun sampai beranjak dewasa berbakti kepada orang tua yang saya rasa ini bukan pemikiran remaja. Selain teguh dengan pendirian," ucap Maudy.

Pemeran Zaenab dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan ini pun kagum dengan kalimat yang muncul dalam monolog yang dia bawakan. "Semua dialog bermakna," ucapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya