Gerilya Dakwah Anti-Radikalisme Polisi Banyumas di Tengah Pasar

Dengan gaya dakwah kocak dan sederhana, polisi dai asal Banyumas itu menyampaikan isu-isu berat.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 05 Nov 2017, 19:04 WIB
Pedagang dan para sopir angkot sepakat menolak radikalisme. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Pedagang Pasar Karanglewas Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dikejutkan oleh serombongan polisi berseragam lengkap yang menyeruak di antara pengunjung dan pedagang, kala siang menjelang.

Salah satu dari polisi itu kemudian menyeru menggunakan megaphone yang ditentengnya. Ia mengajak pedagang dan pengunjung berkumpul di halaman pasar yang juga berfungsi sebagai parkir angkot dan pikap. Di tempat itu, rupanya, puluhan sopir dan kernet sudah berkerumun.

Belakangan, diketahui, penenteng megaphone itu adalah Kasat Binmas Polres Banyumas, AKP Pujiono. Di kalangan masyarakat Banyumas, Pujiono dikenal sebagai polisi yang dai, atau sebaliknya, dai yang bekerja sebagai polisi.

Ini tak lepas dari aksi kocaknya saat menyampaikan materi. Polisi satu ini dikenal mampu mengemas materi-materi berat menjadi ringan dan segar, namun mudah diingat.

Siang ini, Pujiono memikul misi cukup berat, menyampaikan pesan anti-radikalisme pada pedagang pasar. Maka, ia pun membuka awal pertemuannya dengan puluhan pedagang pasar dengan kuis.

"Siapa yang bisa menghafal Pancasila?" tanya dia kepada para pedagang dan awak angkutan yang berkerumun, Kamis, 26 Oktober 2017.

Lama tidak ada jawaban. Tiba-tiba, seorang sopir angkot jurusan Karanglewas-Purwokerto, Agus Subekti (40) mengacungkan tangan, meski terlihat bimbang. Ia kemudian menyebutkan Pancasila dengan terbata-bata, terutama di sila keempat.

Berkali-kali, ia keseleo lidah. Sontak aksi Agus ini menjadi ger-geran rekan-rekannya.

"Ya, salah sedikit, ora papa. Ini hadiah untuk kamu, Rp 50 ribu," ucap Pujiono. Agus pun gembira.

Di sela beragam kuis, Pujiono menyampaikan pesan agar pedagang mewaspadai radikalisme dan berita bohong atau hoax. Musababnya, radikalisme kerap dibalut dengan hoax. Sebab itu, ia meminta agar pedagang tak lantas terpengaruh dengan berita-berita kontroversial yang sering menyerempet isu SARA dan pesan kebencian di dunia maya.

"Bapak, ibu, sedulur-sedulur kabeh. Jangan lupa. Kalau ada kegiatan yang mencurigakan, entah terkait dengan ajaran sesat yang menyimpang atau apa, itu berpotensi mengganggu keamanan. Laporkan ke polisi. Jangan didiamkan," Pujiono menjelaskan.

Pujiono dan rombongan polisi Banyumas itu kemudian melanjutkan safari dakwah ke Stasiun Besar Purwokerto, Terminal Bulupitu, dan Pasar Wage Purwokerto.

 

 


Rawan Ajaran Radikalisme

Dakwah dadakan polisi di pasar tradisional untuk mengantisipasi radikalisme dan hoaks. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Kapolres Banyumas, AKBP Bambang Yudhantara Salamun menjelaskan, Satuan Binmas Banyumas secara periodik menyambangi berbagai pusat keramaian, termasuk pasar, mal dan terminal. Pihaknya tak bosan memperingatkan bahaya radikalisme dan kabar bohong.

Sebab, kepolisian telah mendeteksi munculnya bibit-bibit gerakan radikal di dua wilayah tertentu Kabupaten Banyumas sebagai basis gerakan paham radikal. Sebab itu, ia pun meminta agar masyarakat waspada dan cepat melapor jika menemui kegiatan meresahkan.

Ia mengungkap, Densus 88 Antiteror telah beberapa kali menangkap terduga teroris di Banyumas. "Banyumas ada beberapa spot yang memang menjadi atensi dari Densus," dia menegaskan.

Menurut dia, pimpinan dalam kelompok itu dicurigai menyebarkan materi bermuatan radikakal kepada peserta pengajian atau tausiah. Diduga, pimpinan atau ustaz tersebut menafsirkan kitab-kitab sesuai dengan keinginan kelompok itu dan berbeda dari penafsiran umum.

Saat ini, kepolisian dan berbagai lembaga terkait lainnya masih melakukan aksi preventif atau kontra-radikalisme untuk mengantisipasi penyebaran paham radikal tersebut. Salah satunya yakni dengan intensif berkomunikasi dengan pimpinan pesantren di berbagai wilayah untuk terus memantau pergerakan kelompok ini.

Bambang menjelaskan, informasi yang diperolehnya, kelompok tersebut tak berafiliasi dengan sebuah organisasi tertentu. Namun, dia menyebut ada hubungan dengan beberapa kelompok terindikasi radikal lainnya.

"Kami sosialisasikan kepada masyarakat supaya bisa turut serta membantu terkait kegiatan masyarakat yang mencurigakan, tak lazim atau tidak pada umumnya agar segera melaporkan ke kita," kata dia.

Bambang mengemukakan, selain melalui program Dakwah Kamtibmas, kepolisian juga merangkul dan bekerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan instansi terkait sebagai langkah antisipasi.

Pemantauan gerakan radikal juga dilakukan di kampus-kampus. Kepolisian menjalin koordinasi dengan rektorat dan kalangan kampus untuk segera melaporkan jika mendeteksi ada gerakan radikal di lingkungannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya