Liputan6.com, Jakarta - Cara Indonesia menangani teroris kerap mendapat pujian dari negara lain. Kepala Badan Nasional Penanggulanagan Terorisme, Suhardi Alius, Indonesia baru-baru ini bertemu Raja Yordania.
Ia mengatakan, mendapat pujian terkait penangan teroris. Bahkan, Yordania akan belajar khusus dari Indonesia. Menurut Suhardi, Yordania punya ancaman terhadap aksi terorisme.
Advertisement
Sebab, mereka kedatangan pengungsi dari Suriah sebanyak 1,3 juta orang. Jerman pun tak luput memuji pendekatan BNPT. Lantas apa kiat BNPT dalam penanganan terorisme?
Suhardi mengatakan, intinya penanganan terorisme di hulu. Ia mengajukan pendekatan soft approach.
"Mantan teroris yang sudah sadar kita bina," kata Suhardi ketika dihubungi Liputan6.com, Minggu (5/10/2017).
Selain itu, BNPT juga memberi perhatian pada keluarga teroris. Suhardi mengatakan, BNPT membangun asrama bagi anak mantan teroris yang telah sadar.
BNPT juga menggandeng bloger. Mereka digerakan untuk mengkampanyekan perdamaian.
Suhardi menilai, dunia lain tidak terpikir melakukan hal semacam ini. Ia menyebut pendekatan yang digunakan negara lain cenderung hard approach menggunakan kekuatan senjata.
"Mereka mana kepikir mantan teroris berubah. Tapi orang kan punya sisi baik, jangan dimarjinalkan, kalau dimarjinalkan balik lagi mereka (jadi ekstrem)," papar Suhardi.
Tak Lupa Penindakan
Meski menggunakan soft approach, BNPT tidak melupakan aspek penindakan.
"Jangan sampai kita mengurangi kewaspadaan juga," Suhardi berujar.
Namun, pendekatan soft approach yang diterapkan BNPT justru banyak diapresiasi. Pendekatan ini, kata Suhardi, harus diterapkan sesuai konteks.
Masalah terorisme, lanjutnya, bersifat multi faktor.
"Kalau untuk hard approach, merekalah (negara barat) yang lebih jago dari kita," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini
Advertisement