Liputan6.com, Jakarta - Muda dan bernyali, perempuan-perempuan pembalap tong setan pasar malam di Sumatera Mereka bertaruh nyawa dan berpacu di atas kuda besi lawas di ruang berbentuk tong raksasa yang berkemiringan nyaris 90 derajat.
Tanpa magis atau sihir, para perempuan ini hanya bermodal nyali untuk menjaga kecepatan dan keseimbangan dalam tong setan.
Advertisement
"Modalnya hanya keseimbangan badan dan terbiasa menghilangkan pusing, awalnya takut main tapi kita kan main tong setan ini makin takut makin penasaran," kata Karmila Purba, pembalap tong setan.
Karmila Purba, adalah seorang pionir joki wanita dalam dunia tong setan Sumatera. Karmila menegaskan kesetaraan gender dan memberi sentuhan feminisme di zona penuh bahaya.
"Harus pandai bawa kopling kalau keberanian itu akan timbul sendiri. Kalau naik ini kan sama saja menaiki tanjakan itu tinggal gas aja itu, sama aja ini engga ada bedanya sama di jalan, jadi dua yang kita jaga kalau di jalan lawan arah yang kita jaga ukuran jalan itu kalau di sini ya badan kita yang kita jaga," jelas Tora penanggung jawab.
Berlatih membentuk kecakapan dan mengasah trik baru dan mempertajam intuisi di arena pusaran roda gila.
Sementara itu, kondisi tunggangan mendapat perhatian khusus. Kesalahan sekecil apapun tak bisa ditolerir, tugas kunci yang dipegang Tora.
"Pastinya semua tanggung jawabku, semua apa kendalanya ya orang itu harus kasih tahu. Motor king tenaganya kuat, kalau rusak bisa diperbaiki di tempat. Mereka tinggal pakai saja," kata Tora.
Pasar malam merangkai banyak cerita. Tempat Karmila menambatkan mata pencaharian, gaji per pekan berkisar Rp 1 juta. Di pasar malam ini juga Karmila menemukan cinta.
Kodrat wanita dekat dengan beragam kosmetik, namun bukan berarti jual tampang dan kemolekan.
Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, kru mesti bermental baja demi tujuan utama mengumpulkan pundi pundi rupiah.
Simak selengkapnya Perempuan di Pusaran Tong Setan yang ditayangkan Potret Menembus Batas, Senin (6/11/2017) dalam tautan video di atas.