Liputan6.com, Dallas - Baru-baru ini, sebuah penelitian telah menemukan kaitan antara bentuk penis dengan risiko kanker pada seorang pria.
Penelitian itu dilakukan oleh Baylor College of Medicine di Texas terhadap 1,5 juta pria. Para peneliti mendapati bahwa kaum pria yang memiliki penis bengkok memiliki risiko yang jauh lebih tinggi mendapatkan kanker jenis tertentu.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari IFL Science pada Senin (6/11/2017), menurut penelitian yang dijabarkan dalam jurnal American Society for Reproductive Medicine tersebut, kaum pria yang mengidap fibrosis pada penis – yaitu penyakit Peyronie's – memiliki risiko 40 persen lebih tinggi terkena kanker testis dan kanker lambung.
Selain itu, mereka juga memiliki peningkatan risiko sebesar 29 persen terkenal kanker kulit.
Penyakit Peyronie's adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penumpukan luka parut dalam penis. Ketika penumpukan semakin tebal, jejaring parut itu menyebabkan penis membengkok sehingga bisa menyakitkan ketika ereksi dan seks menjadi sulit atau hampir mustahil.
Penyakit Peyronie's diduga berdampak kepada 0,5 hingga 13 persen kaum pria di Amerika Serikat (AS), walaupun banyak pria tidak menyadari memiliki kondisi tersebut, demikian menurut Urology Department di Weill Cornell Medicine.
Tim Baylor College mengatakan bahwa kaum pria dengan kondisi itu harus dipantau karena risiko lebih tinggi terkena kanker.
Tim peneliti dipimpin oleh Dr. Alexander Pastuszak, yang juga melakukan analisis terhadap pasien dan ayahnya yang sama-sama mengidap fibrosis penis. Terungkaplah bahwa dua pria itu sama-sama memiliki gen yang membawa risiko melanoma, kanker testis, dan kanker prostat.
Malu Mengakui pada Dokter
Berbicara saat konferensi, Pastuszak mengatakan bahwa mereka masih perlu menerjemahkan temuan itu kepada populasi klinis tapi mungkin ada kaitan genetik antara penyakit Peyronie's dengan beberapa jenis kanker pada pria.
"Menurut kami hal ini penting karena kondisi-kondisinya seringkali diremehkan."
"Kondisi-kondisi itu signifikan dalam siklus seksual dan reproduktif para pasien, sehingga mengaitkannya dengan penyakit-penyakit lain menengarai bahwa mereka harus dipantau," demikian menurut Pastuszak seperti dilansir MDLinx.
Namun demikian, saat ini memang masih sulit memperkirakan jumlah orang yang memiliki kondisi yang dimaksud.
Dalam sebuah penelitian sebelumnya tentang penyakit Peyronie's, para peneliti University of Istanbul menengarai bahwa penyakit tersebut dapat berdampak kepada proporsi lebih besar kalangan kaum pria, tapi angka sebenarnya sulit diketahui "karena pasien enggan melaporkan kondisi memalukan tersebut kepada dokter."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement