Terjangan Mematikan Lahar Dingin Bromo di Air Terjun Umbulan

Para wisatawan tidak menyangka lahar dingin Gunung Bromo itu datang ketika mereka tengah asyik berfoto di lokasi air terjun Umbulan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 06 Nov 2017, 11:31 WIB
Ilustrasi Foto Tenggelam (iStockphoto)

Liputan6.com, Probolinggo - Kakak beradik asal Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo terseret lahar dingin saat sedang berwisata di Air Terjun Umbulan, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Minggu petang, 5 November 2017.

Dari empat orang wisatawan, dua di antaranya sempat hanyut, sementara dua lainnya selamat. Satu korban hanyut, ditemukan di muara sungai dalam kondisi tewas setelah enam jam pencarian.

Awalnya, Lukman (22), Ferdiansyah (14), Ahmad Basori (15), dan Zainul (24), berwisata di Air Terjun Umbulan, Kecamatan Sukapura. Keempatnya merupakan warga jalan Gunung Batur RT3/RW6 Kecamatan Kademangan. Di lokasi wisata tersebut, mereka sempat mandi dan berfoto di dasar air terjun.

Tiba-tiba, ada semburan lahar dingin Gunung Bromo dari puncak air terjun. Namun, keempatnya masih bisa menyelamatkan diri. Tak berselang lama, lahar dingin susulan yang lebih besar datang.

Saat itulah, Ferdiansyah dan Lukman terseret lahar dingin yang berwarna hitam dan pekat itu. Sementara, Zainul dan Ahmad Basori dapat menyelamatkan diri.

"Lahar dingin yang kedua itu sangat besar, kami langsung tersapu. Lukman dan Ferdi, sudah tidak terlihat seketika itu juga," kata salah satu korban selamat, Zainul.

 

Simak video pilihan berikut ini:

 


Setelah 6 Jam Pencarian

Kakak beradik asal Kelurahan, Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo terseret lahar dingin saat sedang berwisata di Air Terjun Umbulan, Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo, Minggu (05/11/2017) petang. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Selanjutnya, Zainul dan Ahmad Basori yang berhasil menyelamatkan diri, langsung meminta pertolongan warga sekitar. Kedua korban selamat ini kemudian dievakuasi ke Mapolsek Sukapura. Sementara petugas gabungan, serta warga setempat, masih melakukan pencarian.

Para wisatawan ini tidak menyangka, akan ada lahar dingin seperti itu. Lahar dingin itu datang pada saat di lereng Gunung Bromo bagian atas, sedang terjadi hujan deras untuk pertama kali. Curah hujan yang tinggi kemudian membawa material lumpur dan lahar dingin Bromo, ke saluran Air Terjun Umbulan.

"Memang saat kejadian itu, kami sedang ada di puncak Bromo, karena ada gelaran kegiatan. Saat itu, hujan deras sekali. Sementara di bagian bawah lokasi air terjun, hujan biasa saja," Kata Kapolsek Sukapura, AKP Noer Choiri, ditemui di Mapolsek.

Sekitar enam jam berselang, salah satu dari dua korban yang terseret arus lahar dingin Bromo ditemukan. Tepatnya di muara saluran air terjun Umbulan, dengan kondisi tewas. Jasad tersebut diketahui sebagai Ferdiansyah.

Selanjutnya, jenazah Ferdiansyah dibawa ke kamar mayat Rumah Sakit Tongas, untuk diautopsi. Sementara, pencarian Lukman saat ini masih dihentikan lantaran kondisi di sekitar tempat kejadian sangat gelap dan berkabut.


Kelestarian Bromo

Sejumlah joki berkuda membawa wisatawan ke Gunung Bromo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, Sabtu (4/11). Harga sewa kuda berkisar Rp 100 - 150 ribu. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Kawasan Bromo sebelumnya juga disorot para aktivis gunung. Pasalnya, Kelestarian kawasan wisata Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, terancam karena ulah pengunjung yang tak bertanggung jawab. Menyadari hal itu, sejumlah relawan memasang puluhan papan peringatan untuk menggugah kesadaran pengunjung.

Setidaknya ada 40 papan peringatan dibuat dan dipasang oleh Forum Sahabat Gunung (FSH) di kawasan wisata Gunung Bromo. Papan itu berisi imbauan, peringatan, dan sebagainya. Isinya antara lain, imbauan untuk bawa sampah, larangan buat jalur baru, jangan injak rumput, batas kendaraan, hormati tanah leluhur, jangan buat api, dan lain-lain.

Belakangan ini, menurut Sismiko selaku koordinator aksi relawan, mereka banyak menemukan pelanggaran di sabana, baik oleh pengunjung, klub-klub mobil dan sepeda motor, yakni menginjak-injak rumput.

"Tak hanya itu, sampah-sampah juga masih berserakan di mana-mana, akibat ketidakpedulian dan kurangnya pemahaman wisatawan," ucap Sismiko, Jumat, 3 November 2017.

Pria yang akrab dipanggil Miko itu menuturkan, rambu-rambu terseut dipasang di beberapa titik seantero Bromo. Seperti sabana, Pura Poten, lautan pasir, dan tempat lain. Setidaknya ada 75 relawan dari Bromo Lovers, Patra, Saver, Gimbal Alas, PKL Bromo, Polsek Sukapura, SMK Negeri Sukapura, TNBTS, dan lainnya yang berpartisipasi.

"Mereka yang tergerak secara sukarela dengan hati yang iklas demi kelestarian gunung ini," tutur Miko.

Selain memasang papan imbauan dan peringatan, para relawan pencinta lingkungan hidup ini juga memunguti sampah di kawasan wisata Gunung Bromo. Puluhan kantong berisi sampah-sampah organik dan nonorganik berhasil dikumpulkan dan dibawa ke tempat pembuangan sampah.

Para relawan juga mengajak para pelajar untuk memberikan pencerahan bagi mereka agar peduli pada lingkungan sejak dini. "Sehingga, mereka bakal dapat menularkan virus cinta lingkungan hidup kepada rekan-rekan atau sanak keluarga demi kelestarian lingkungan hidup," ujar Ketua Gunung Bromo Lovers, Teguh Wibowo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya