Liputan6.com, Jakarta Sport tourism Bromo Tengger Semeru (BTS) Ultra 100 yang berlangsung pada 3-7 November 2017, sukses menghipnotis lebih dari 1000 pelari dunia. Medannya yang menanjak dan panjang rutenya yang lebih dari 100 km, tak menghentikan pelari dari 34 negara untuk antre mendaftar.
"Ini menunjukkan tren positif. Lomba lari bertema "Wonderful Challenge" masuk kategori ultra karena memperlombakan jarak lari di atas jarak lari maraton atau di atas 42 km," ujar Hendra Wijaya, Gerneral Advisor lomba lintas alam BTS Ultra 100, Kamis (2/11/2017).
Advertisement
Jumlah peserta perlombaan tersebut meningkat drastis dari tahun sebelumnya, mencapai 100 persen.
"Ini rekor baru. Tahun lalu hanya 545 pelari yang ikut lomba. Sudah jauh meningkat dibanding kejuaraan perdana di 2013 yang hanya diikuti107 orang," ucap Hendra.
Pada 2017, jumlahnya sudah tembus di atas 1000 orang.
“Sebenarnya ada 1.303 pelari. Namun, banyak yang belum memenuhi persyaratan kualifikasi untuk ikut berlari di nomor yang mereka kehendaki. Dan kita sangat tegas soal ini. Peserta yang tidak memenuhi persyaratan kualifikasi tidak boleh ikut lomba. Ini demi keamanan dan kenyamanan seluruh peserta," kta Hendra.
Sementara itu, Race Director, Rudi Rohmansyah, menyampaikan bahwa kategori yang dilombakan sangat beragam, mulai dari kategori 30 km, 70, km, 120 km, hingga 170 km.
"Semuanya kelas Open untuk pria dan wanita," ujar Rudi.
Untuk jarak yang terjauh, yaitu 170 km, akan diikuti 42 pelari laki-laki dan perempuan. Jumlahnya memang sedikit, lantaran kualifikasinya menyaratkan harus sudah pernah finish lari ultra-trail 100 km dalam lomba sebelumnya. Hampir seluruh pelari elite ultra-trail Indonesia turun di nomor ini.
"Berikutnya jarak 102 km ada 143 pelari. Syaratnya harus sudah finis lomba lari ultra-trail 50 km. Untuk 70 km ada 338 pelari, syaratnya harus pernah finis lomba lari ultra-trail 21 km atau full marathon 42 km. Dan 30 km ada 454 pelari. Ini tanpa kualifikasi," ucap Rudi.
Seluruh nomor yang dilombakan akan melakukan start dan finish di Lava View Hotel, Desa Wonokitri, Cemoro Lawang, Tosari, Pasuruan, Jawa Timur. Namun, rute tiap nomor nantinya di-set tidak sama.
Untuk rute 170 km start-nya dimulai di Lava View Cemoro Lawang lalu turun ke lautan pasir Bromo dan naik ke bukit B29. Selanjutnya, menuju Ranu Pane dan masuk ke jalur pendakian Gunung Semeru, mulai Ranu Kumbolo hingga Kalimati.
Kemudian, peserta turun menuju ke jalur Ayak-Ayak, Ngadas, Jalak Ijo, Kandangan, Pananjakan, Jetak, B29, Jemplang, Bromo, Batok, dan finish di Cemoro Lawang. Jalur tersebut diberi pertanda (marking) dan ada marshall (penjaga) di beberapa titik demi keamanan peserta.
"Lomba ultra-trail tentu lebih berat dibanding lari di jalanan datar atau road, makanya kualifikasi dilakukan dengan ketat mengingat keselamatan bersama. Untuk jarak 170 km gain-nya (tanjakan) 10.000 m, 102 km gain 5.265 m, 70 km gain 3.000 m, dan 30 km gain 1.332 m," kata Rudi.
Untuk pelari yang berhasil menyelesaikan lomba, mereka akan mendapatkan poin.
"Poin itu dapat digunakan sebagai salah syarat untuk ikut lomba lari serupa, yaitu di Ultra-Trail du Mont Blanc (UTMB)," ujar Rudi.
Kementerian Pariwisata pun sangat antusias mendukung even ini.
"Kita geber terus Bromo-Tengger-Semeru yang masuk dalam "10 Bali Baru" ini dengan even berkelas dunia," ucap Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
(*)