Liputan6.com, Sukabumi - Dirman (43), warga Kampung Babakan Tonjong RT 10 RW 7, Desa Tonjong, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sudah empat tahun tinggal di bekas kandang domba. Pria pengidap gangguan jiwa itu terpaksa dikurung karena sering mengamuk.
Kandang berukuran 1,5 x 2 meter beratapkan terpal jingga ini relatif membuat Dirman sulit bergerak. Beberapa batang bambu yang dipasang di sejumlah sudut hanya menyisakan sejumlah celah untuk Dirman memandang ke luar.
Ketua Yayasan Aura Welas Asih, Denny Solang, mengatakan, saat ini Dirman diurus kedua orangtuanya, yakni Sahuni (70) dan Oyot (60). Mereka tidak punya pilihan lain selain mengurung anaknya di tempat bekas kandang domba.
"Pernah diurus di rumah sakit jiwa, tapi kabur. Khawatir mengamuk, pihak keluarga lebih memilih mengurung Dirman di tempat itu," kata Denny, Senin (6/11/2017).
Baca Juga
Advertisement
Keterangan kedua orangtuanya, ucap Denny, Dirman mengidap gangguan jiwa sekitar 12 tahun. Selain ke rumah sakit jiwa, Dirman beberapa kali dibawa berobat ke tempat pengobatan tradisional.
Namun, keluarga tidak mendapati perkembangan positif pada diri Dirman. Ia malah sering bersikap kasar hingga meresahkan keluarga dan warga sekitar.
Denny Solang mengatakan, ia dan beberapa sukarelawan kemanusiaan serta perwakilan Pemerintah Kabupaten Sukabumi beberapa kali meminta izin kepada pihak keluarga untuk mengevakuasi Dirman. Namun, keluarga belum berkenan mengizinkan.
"Kalau mau ada yang menolong, orangtuanya minta dibantu dibangunkan ruangan khusus saja, di sekitar rumah. Tidak berkenan kalau anaknya kami bawa," tutur pemimpin yayasan yang fokus pada penanganan orang dengan gangguan jiwa itu.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Perubahan Drastis
Denni Solang menambahkan, orangtua Dirman tergolong keluarga kurang mampu. Mereka hanya mengandalkan penghasilan dari upah sebagai buruh tani.
"Beberapa kali kami ke rumahnya, yang terlihat mengurus Dirman hanya orangtuanya," kata Denni.
Orangtua hanya bisa memberi makan Dirman dengan makanan seadanya. Denny menilai, keluarga Dirman perlu bantuan logistik.
"Belum ada bantuan logistik, makanannya yang diberikan ke Dirman pun seadanya, kurang bergizi," tutur Denny.
Denny menuturkan latar belakang Dirman sebelum mengidap gangguan jiwa. Sebagaimana orang kebanyakan, dulu Dirman memiliki pekerjaan, bahkan punya anak dan istri.
Sukarelawan Yayasan Aura Welas Asih beberapa kali menyambangi Dirman. Berdasarkan keterangan orangtua, Dirman mengidap gangguan jiwa sepulang merantau dari Sumatera.
"Dulunya normal, tapi sepulang dari Riau kondisi kejiwaannya mulai terganggu," kata Denny.
Pihak keluarga pun sempat mengobati Dirman ke Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi di Bogor. Dirman juga beberapa kali dibawa berobat ke tempat pengobatan tradisional. Namun, kondisinya tak kunjung membaik.
Dirman tidak sempat menceritakan apa yang Ia alami selama merantau di Riau. Pihak keluarga menduga, Dirman diguna-guna.
"Mereka menduga seperti itu (diguna-guna), karena sebelum berangkat ke Riau kondisinya sangat normal," kata Denny.
Advertisement