Orang Tenar RI yang Masuk Daftar Paradise Papers

Publikasi Paradise Papers dilakukan oleh lebih dari 380 wartawan dan menghabiskan waktu selama 1 tahun lamanya.

oleh Vina A Muliana diperbarui 06 Nov 2017, 18:00 WIB
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menghadiri pelantikan Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Istana, Senin (16/10/2017). (Liputan6.com/Lizsa Egeham)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penyelidikan investigatif terbaru diungkap ke publik minggu ini. Diberi nama Paradise Papers, penyelidikan tersebut menelisik keterlibatan pebisnis papan atas, pimpinan pemerintahan, tokoh dalam bidang politik, global dan hiburan dalam hal menyembunyikan kekayaan mereka demi menghindari pajak.

Sama halnya dengan Skandal Panama Papers yang diungkap tahun lalu, dokumen itu diperoleh oleh surat kabar Jerman Süddeutsche Zeitung, yang kemudian meminta International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) atau Konsorsium Jurnalis Investigatif untuk melakukan penyelidikan.

Pengungkapan ini juga menyeret beberapa nama orang Indonesia. Dilansir dari laporan bocoran ICIJ, Senin (6/11/2017) setidaknya ada tiga nama yang turut masuk yakni politikus Prabowo Subianto, dan anak mantan Presiden Soeharto, Tommy dan Mamiek Soeharto.

Dalam laporan Paradise Papers tersebut disebutkan Tommy dan Mimiek Soeharto sudah membentuk perusahaan cangkang di zona bebas pajak lewat bendera Humpuss Group. Tommy, yang kini menahkodai Humpuss Group, pernah menjabat sebagai direktur dan bos dari Asia Market Investments.

Perusahaan tersebut ternyata memiliki alamat yang sama dengan perusahaan lain yakni V Power Corp. Menurut catatan Securities and Exchange Commision, Tommy memiliki saham di perusahaan mobil mewah Italia Lamborghini di bawah V Power Corp.

Lebih lanjut data dari Appleyby, firma hukum di Bermuda, mengungkap adanya kerja sama dari anak perusahaan Humpuss dengan NLD, sebuah perusahaan periklanan billboard Australia.

Menurut laporan setempat pada 1997, perusahaan patungan itu membuat Tommy Suharto dan mitranya dari Australia mendirikan bisnis papan reklame pinggir jalan di Negara Bagian Victoria, Australia, Filipina, Malaysia, Myanmar dan Cina. Perusahaan itu ditutup di Bermuda pada 2003 dan dicatat di Appleby sebagai "pengemplang pajak."

Sementara Mamiek disebutkan adalah wakil presiden Golden Spike Pasiriaman Ltd dan pemilik dan pimpinan Golden Spike South Sumatra Ltd. Ia menjalankan perusahaan bersama Maher Algadri, eksekutif Kodel Group, salah satu konglomerat terbesar Indonesia zaman Soeharto.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Nusantara Energy dan Prabowo Subianto

Dalam laporan ICIJ, Prabowo disebutkan sebagai direktur dan wakil ketua Nusantara Energy Resources, perusahaan yang didaftarkan di Bermuda. Perusahaan yang terdaftar pada tahun 2001 terdaftar sebagai "debitur yang buruk," menurut catatan Appleby dan ditutup pada tahun 2004.

Perusahaan Singapura yang juga bernama Nusantara Energy Resources sekarang menjadi bagian dari Grup Nusantara.

Meski demikian, saat dikonfirmasi Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon membantah bila Prabowo hendak mengemplang pajak. Nusantara Energy Resources didirikan pada 2001 sekadar untuk adminstrasi bisnis serta tidak aktif sejak didaftarkan ke otoritas Bermuda.

Foto dok. Liputan6.com

"(Nusantara Energy) adalah perusahaan satu dollar," kata Fadli. Wakil Ketua DPR RI ini mengakui ada politikus Indonesia terlibat dalam Nusantara Energy Resources, yang awalnya didirikan untuk eksplorasi minyak dan gas. Fadli tidak mengetahui detail peran beberapa politikus Indonesia itu dalam bisnis offshore milik patron politiknya.

Hal yang sama juga didapat saat mencoba mengkonfirmasi ke pihak Tommy Soeharto. BBC melaporkan, pengacara Tommy menolak untuk berkomentar. Tindakan serupa juga dilakukan sumber BBC di Humpuss Group.

Dilansir dari The Guardian, detail mengenai informasi tersebut ada dalam 13,4 juta dokumen. Sebagian besar arsip itu memberi informasi mengenai cara-cara picik perusahaan papan atas dunia menyembunyikan kekayaan mereka sebenarnya.


Nama Sandiaga Uno masuk?

Nama Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno juga masuk dalam laporan Paradise Papers. Dikutip dari TEMPO, Sandiaga Uno mengakui pernah memiliki saham di perusahaan offshore lain yang tercatat dalam Paradise Papers: N.T.I. Resources. Meski demikian ia meyakinkan sudah tidak terkait dengan perusahaan di bidang eksplorasi migas tersebut.

"Itu bukan perusahaan cangkang, melainkan sudah go public di bursa saham Kanada," kata Sandiaga. 

Wagub DKI Jakarta terpilih Sandiaga Uno berada usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Jumat (14/7). Sandiaga Uno diperiksa sebagai saksi kasus korupsi pembangunan rumah sakit pendidikan khusus penyakit infeksi. (Liputan6.com/Helmi Afandi)


Fakta mencengangkan lain Paradise Paper

Publikasi Paradise Papers dilakukan oleh lebih dari 380 wartawan dan menghabiskan waktu selama 1 tahun lamanya. Mereka menyisir berbagai data yang didapat dari 70 tahun silam. Penemuan Paradise Papers ini sangat mengejutkan, apalagi ditengah ketimpangan pendapatan global yang makin meningkat.

Berikut beberapa fakta mengejutkan yang diungkap dalam Paradise Papers:

1. Dana jutaan pound dari kekayaan real estate Ratu Inggris telah diinvestasikan dalam dana Cayman Islands. Sebagian dari uang ini disalurkan ke pebisnis ritel yang diduga banyak mengeksploitasi keluarga miskin dan tidak berada.

2. Berbagai persetujuan tersembunyi dari anggota kabinet, penasehat dan donatur Donald Trump. Termasuk diantaranya pembayaran substansial dari perusahaan yang dimiliki bersama oleh menantu Vladimir Putin kepada perusahaan logistik milik Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross.

3. Facebook dan Twitter mendapat investasi ratusan juta dollar yang bersumber dari institusi finansial milik pemerintah Rusia.

4. Menteri Keuangan dibawah pimpinan Justin Trudeau mengelola lembaga Cayman Islands yang digunakan untuk menghindari pajak.

5. Berbagai skeman penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan multinasional seperti Nike dan Apple.

6. Cara-cara picik yang dilakukan oleh nama-nama besar di industri film dan TV untuk melindungi kekayaannya dengan menempatkan uangnya secara off-shore.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya