Memanusiakan Sampah, Memanen Kebaikan Alam

Laku memanusiakan itu, menjadikan sampah lebih bermartabat dan bernilai lebih. Pada akhirnya akan menyejahterakan manusia itu sendiri.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 08 Nov 2017, 05:00 WIB
Warga bergotongroyong mengolah sampah dengan reaktor cacing. (foto: Liputan6.com/Niken Nining/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Yogyakarta Warga desa Argomulyo, Bantul, Yogyakarta memiliki cara berbeda memperlakukan sampah. Baik sampah plastik maupun sampah organik. Tindakan mengolah sampah lebih manusiawi ini akhirnya memanen kebaikan karena mampu bersedekah dengan sampah.

Berasal dari program Bank Sampah, warga dilatih menabung lewat sampah. Tidak hanya itu saja, mereka juga diajarkan keterampilan menyulap barang yang tak terpakai menjadi barang yang memiliki harga jual.

"Jadi Bank Sampah itu tidak hanya kegiatan menabung sampah saja. Selain itu, kita juga punya kegiatan keterampilan dari sampah-sampah yang sudah dipilah dan ada juga namanya warung hidup," kata Rizky Imansari, Community Development Officer Desa CSR TBBM Pertamina Rewulu kepada Niken Nining Aninsi Nabhansabri, Grandfinalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang, Sabtu, 4 November 2017, saat mengikuti edutrip Pertamina II.

Sampah plastik diolah menjadi kerajinan yang bernilai fungsional sehingga laku dijual. (foto : Liputan6.com/Niken Nining/edhie prayitno ige)
Sampah plastik warna-warni akan disulap menjadi aneka bunga pajangan, sachet kopi dapat dibuat menjadi tas atau tempat pensil. Sedangkan, plastik kresek hitam dapat dijadikan media tanam pengganti di lahan kas desa untuk warung hidup.

"Plastik kresek itu juga bisa dibuat menjadi bola-bola kecil untuk dijadikan media tanam pengganti tanah, tapi untuk tanaman tertentu saja seperti tanaman hias," kata Riris.

Media tanam berupa plastik ini belum dapat digunakan untuk menanam sayuran atau buah-buahan. Karena belum diketahui kandungan di dalamnya. Selain sampah anorganik, sampah sampah organik juga tidak luput dari perhatian.

Sampah-sampah ini akan diubah menjadi pupuk kompos, namun pupuk yang satu ini berbeda. Pupuk ini tidak menimbulkan bau menyengat seperti kompos pada umumnya.

"Pengomposan menggunakan reaktor cacing. Cacing dikumpulkan di satu wadah lalu ditimbun dengan sampah-sampah organik. Hasilnya, pupuk ini baunya tidak begitu menyengat bahkan nyaris tidak berbau," kata Riris.

Tas dan benda-benda fungsional yang berasal dari sampah, ternyata modelnya bisa mengikuti tren. (foto : Liputan6.com/Niken Nining/Edhie Prayitno Ige)
Saat ini, Pertamina sedang menyiapkan lahan untuk ditanami rempah-rempah. Ini agar CSR lebih terpadu untuk mendukung produksi jamu. Rencananya produksi pupuk dilakukan dalam skala yang lebih besar untuk mendukung pertanian bahan baku jamu.

Dari kearifan lokal masyarakat Argomulyo itu, setidaknya terlihat perbedaan dampak. Dengan memanusiakan sampah, sampah menjadi bermartabat dan memiliki nilai lebih. Pada akhirnya akan menyejahterakan manusia itu sendiri.

Penulis : Niken Nining Aninsi Nabhansabri, Grandfinalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang kelas menulis.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya