Cerita Pagi Soal Nelayan Widi yang Diusir Pemprov Maluku Utara

Kawasan Pulau Widi memiliki hamparan pasir putih yang luas. Warna air lautnya setiap waktu berubah-ubah seiring panasnya bumi

oleh Hairil Hiar diperbarui 08 Nov 2017, 06:00 WIB
Keindahan Pulau Widi di pagi hari. Foto: (Hairil Hiar/Liputan6.com)

Liputan6.com, Pulau Widi - Matahari pagi malu-malu keluar dari sarangnya. Kala air mulai hangat, tampak salah seorang nelayan, namanya Ruslan. Lelaki 62 tahun itu sedang berada di bibir pantai depan kampung nelayan, samping kiri Dermaga Daga, Pulau Daga Kecil, Kepulauan Widi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Ia sedang sibuk menguras air dalam bak perahu sampan miliknya.

"Ini merupakan aktivitas sehari-hari saya, (persiapan) mencari ikan di Widi. Biasanya saya melakukan ini sebelum matahari terbit, namun karena ada lomba mangael (memancing) ikan, sehingga saya melakukannya saat matahari terbit,” ucap Ruslan ketika disambangi.

Kawasan Pulau Widi memiliki hamparan pasir putih yang luas. Warna air lautnya setiap waktu berubah-ubah seiring panasnya bumi. Di perairan Widi, beragam jenis ikan dan terumbu karang bermukim, menjadi tempatnya makanan habitat laut.

Pada wilayah perairan itu, masuk Kawasan Konservasi Perikanan Daerah (KKPD) yang ditetapkan melalui SK Gubernur Maluku Utara Nomor: 251/KPTS/MU/2015. Selain itu, Kepulauan Widi yang memiliki 99 gugusan pulau-pulau kecil oleh perusahaan asal Inggris, PT Leadership Island Indonesia akan mengelola pulau itu sebagai daerah destinasi wisata.

Di pantai Kepulauan Widi, kita bisa melewati pagi hari dengan indah. Ketenangan di pulau-pulau kecil seperti ‘surga’ seketika menyatu tanpa malu-malu atau sembunyi.

"Dari pinggiran pantai ini, kita bisa menikmati terbitnya matahari di bagian timur, selatan Halmahera yang memiliki pesona pulau-pulau yang cantik,” ujar Ruslan.

Akan tetapi, suasana pagi itu di Pulau Daga Kecil berbeda dari biasanya. Pulau yang biasanya sepi dan hanya dihuni oleh 15 kepala keluarga telah berubah menjadi lautan manusia kurang lebih 900 orang. Ratusan orang ini sibuk dengan acara Widi International Fishing Tournament atau WIFT 2017.

 


Nasib Nelayan Usai Lomba Mancing

Peserta mancing sedang menyiapkan alat pancing untuk lomba hari kedua. Foto: (Hairil Hiar/Liputan6.com)

Ruslan menceritakan, pelaksanaan lomba memancing atau WIFT di kepulauan itu telah mengusik ketenangan warga kampung nelayan, Pulau Daga Kecil.

“Saat ini saya bersama istri tinggal di rumah yang kami buat untuk sementara. Rumah lama sudah dibongkar. Kurang tahu kenapa,” ujar dia.

Hal senada, dikatakan La Siani, salah satu warga nelayan Kepulauan Widi. Lelaki 68 tahun itu mengemukakan, sebanyak 11 rumah penduduk yang bermukim di dekat dermaga Daga, Pulau Daga Kecil, dibongkar dan sebagiannya dibakar.

“Sudah dibongkar. Sebagian dibakar,” kata La Siani, kala disambangi Liputan6.com, Sabtu sore, 28 Oktober 2017.

Lelaki asal Buton, Sulawesi Tenggara, itu menceritakan rumah miliknya yang dibangun sejak 16 tahun lalu kini sudah digantikan dengan rumah berupa home stay mewah yang ditempati gubernur Abdul Gani Kasuba saat even WIFT 2017.

Tetapi, ia hanya bisa memendam asa yang dirusak oleh pemerintah daerah setempat. Rumah La Siani sebelum satu bulan pelaksanaan event WIFT pada 25-29 Oktober 2017, berada tepat berhadapan dengan dermaga Daga, Kepulauan Widi. Saat ini, rumah La Siani dan 10 rumah lainnya yang terbuat dari papan dan beratap daun rumbia sejak puluhan tahun itu tinggal cerita.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya