Penguatan Dolar AS Hentikan Reli Harga Emas

Harga emas berjangka untuk pengiriman Desember turun US$ 5,80 atau 0,5 persen ke level US$ 1,275.80 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Nov 2017, 06:45 WIB
Pekerja menggunakan mesin untuk memberikan nomor seri pada emas batangan di pabrik logam mulia Krastsvetmet, Rusia, 24 Oktober 2016. Krastsvetmet merupakan salah satu produsen terbesar di dunia dalam industri logam mulia (Reuters/Ilya Naymushin)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun 0,5 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), karena adanya kenaikan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia. Padahal sebelumnya harga emas terus reli dipengaruhi penangkapan para pangeran di Arab Saudi.

Mengutip Reuters, Rabu (8/11/2017), harga emas di pasar spot turun 0,5 persen ke level US$ 1,275.30 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka untuk pengiriman Desember turun US$ 5,80 atau 0,5 persen ke level US$ 1,275.80 per ounce.

Nilai tukar dolar AS naik 0,3 persen terhadap euro karena ivestor yakin bahwa kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) akan terus enyimpang dengan kebijakan moneter di zona Eropa. Hal ini membuat pelaku pasar melepas instrumen safe haven dan memburu dolar AS.

Harga emas kemungkinan bisa terdorong naik dipengaruhi oleh hasil kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Asia. Setelah mengunjungi Jepang kemarin, Trump akan melanjutkan lawatannya ke Korea Selatan.

Dalam pidatonya di Asia, Trump terus menekankan bahwa Militer AS akan menjadi benteng untuk melawan segala ancaman yang menargetkan orang AS, Jepang, dan lainnya di seluruh dunia. Pidato tersebut merupakan kecaman terhadap Korea Utara.

"Pidato Trump ini tentu saja memunculkan kembali ketegangan antara AS dan Korea Utara sehingga bisa menjadi tenaga bagi harga emas," jelas analis MKS Afshin Nabavi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penangkapan

Pada perdagangan sehari sebelumnya, Harga emas naik mengikuti kenaikan harga minyak ke level tertinggi sejak pertengahan 2015 lalu. Pemicu kenaikan kedua komoditas tersebut sama yaitu langkah Arab Saudi memberantas korupsi.

Salah satu yang mencuri perhatian adalah Pangeran Alwaleed bin Talal yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia, dan pemegang saham mayoritas perusahaan perusahaan besar seperti Citigroup, juga Twitter juga Apple.

Untuk diketahui, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz mengambil keputusan penting terkait reformasi dalam kerajaan. Pada Sabtu 4 November 2017, Raja Salman memecat sejumlah petinggi kerajaan, di antaranya seorang pangeran yang menjadi kepala National Guard.

Tak hanya itu, sang raja juga memecat menteri ekonomi dan mengumumkan komite baru khusus anti-korupsi.

Raja Salman kemudian menunjuk Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman sebagai kepala komite khusus anti-korupsi tersebut.

Al-Arabiya news channel juga melaporkan, 11 pangeran dan puluhan mantan menteri ditahan. Langkah itu diambil pasca-temuan dari lembaga anti-korupsi baru tersebut.

Menurut Al-Arabiya, komite itu juga menginvestigasi insiden banjir yang menghancurkan dan mematikan yang menguasai bagian-bagian kota Jeddah pada tahun 2009.

Selain itu, komite juga menyelidiki respons pemerintah Saudi terhadap virus Pernapasan Pernapasan Timur Tengah (MERS) yang telah membunuh beberapa ratus orang di masa lalu.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya