Liputan6.com, Roma - Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus, bertemu dengan Imam Besar Masjid Al-Azhar Mesir, Dr Ahmed al-Tayeb, di Vatikan pada Selasa, 7 November 2017 waktu setempat.
Dalam kesempatan itu, Sri Paus mendesak adanya dialog antar-agama dan mempromosikan perdamaian. Ia juga menyerukan penyebaran kedamaian, cinta, dan hidup berdampingan antarmanusia, serta melawan faktor-faktor yang memicu perang.
Syekh Ahmed al-Tayeb berada di Roma untuk menghadiri forum "East and West dialogues of civilization" yang ketiga.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari Ashraq Al-Awsat, Rabu (8/11/2017), kedua pemuka agama itu menekankan bahwa mereka akan melanjutkan usahanya untuk menyebarkan budaya hidup berdampingan antar-berbagai bangsa di dunia. Mereka juga akan terus menyebarkan nilai-nilai perdamaian, toleransi, keadilan, dan kesetaraan.
"Pertemuan tersebut berfokus pada upaya bersama untuk mendukung perdamaian global, terutama setelah dilakukan International Peace Conference yang diselenggarakan Al-Azhar pada April," demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Al-Azhar.
Konflik sektarian dan persekusi atas nama agama dan ras menjadi inti pembicaraan antara Paus Fransiskus dan Syekh Ahmed al-Tayeb.
Dalam kesempatan itu, Syekh al-Tayeb juga menekankan bahwa agama tidak ada hubungannya dengan seruan untuk melakukan kekerasan dan ekstremisme. Paus Fransiskus pun meminta agar kita menyebarkan perdamaian dan tak memicu krisis.
Seorang sumber dari Al-Azhar mengatakan bahwa para pemuka agama menggarisbawahi kebutuhan untuk menghindari kebencian dan kekerasan, serta menentang terorisme dan esktremis.
Mereka juga menggarsibawahi kebutuhan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghilangkan fenomena tersebut dari kehidupan manusia.
Paus Fransiskus Video Call dengan 6 Astronot di Angkasa Luar
Pada akhir Oktober 2017, Paus Fransiskus berkesempatan mengobrol dengan enam astronot yang menghuni Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS). Perbincangan yang dilakukan melalui video call pada Kamis waktu setempat berdurasi 20 menit. Lalu, apa yang mereka bahas?
Dalam momen tersebut, pemimpin tertinggi agama Katolik itu menyoroti sejumlah pertanyaan besar tentang kehidupan, termasuk cinta, kebahagiaan, dan bagaimana hidup tanpa gravitasi telah mengubah pandangan para astronot tentang dunia. Demikian seperti dilansir dari The Guardian.
Astronot Amerika Serikat sekaligus komandan misi, Randy Bresnik (50), menerangkan bahwa dari tempat mereka berada saat ini, para astronot melihat sebuah dunia tanpa batas atau tanpa konflik.
"Yang membuat saya sangat bahagia adalah melihat keluar setiap hari dan menyaksikan ciptaan Tuhan. Jauh dari perang, kelaparan, polusi, atau kebodohan manusia," ujar Bresnik seraya menambahkan bahwa "masa depan umat manusia terlihat lebih baik dari atas sini".
Paus Fransiskus pun menilai, Bresnik telah berhasil memahami bahwa Bumi "terlalu rapuh dan dapat hancur dalam sekejap".
Sementara itu, astronot Italia, Paolo Nespoli (60), menuturkan bahwa meski dapat melihat Bumi dari ISS, ia masih tetap "bingung" dengan tempat manusia di dunia. Mark Vande Hei, astronot AS lainnya, mengaku melihat Bumi dari angkasa luar membuat mereka "menyadari betapa rapuhnya kita".
"Tujuan kita di sini untuk menyebarkan pengetahuan, (tapi) semakin banyak kita belajar, semakin kita menyadari bahwa kita tidak tahu apa-apa," tutur astronot Nespoli yang direspons oleh Fransiskus dengan anggukan dan senyuman. Ia melanjutkan, "Saya ingin orang-orang seperti Anda, para teolog, filsuf, penyair, penulis datang ke angkasa luar untuk mengeksplorasi apa artinya menjadi manusia di sini."
Ternyata, Fransiskus bukanlah Paus pertama yang berbincang dengan para astronot yang tengah berada di angkasa luar. Pendahulunya, Benediktus XVI, juga pernah melakukan hal serupa, tepatnya pada 2011.
Advertisement