Liputan6.com, Yogyakarta Lafran Pane, tokoh pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah. Presiden Joko Widodo alias Jokowi dijadwalkan memberikan penghargaan itu kepada ahli waris saat upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional tahun 2017 di Istana Negara, Jakarta Pusat, pada Kamis (9/11/2017).
Laki-laki kelahiran Padang Sidempuan, 5 Februari 1922 ini merupakan anak keenam keluarga Sutan Pangurabaan Pane dari istrinya yang pertama. Ia adalah adik kandung dari sastrawan Sanusi Pane dan Armijn Pane.
Lafran dikenal sebagai salah satu pendiri HMI pada 5 Februari 1947 yang ditetapkan lewat Kongres XI HMI di Bogor pada 1974.
Meski demikian, ia menolak dikatakan sebagai satu-satunya pendiri HMI karena ada beberapa nama lain yang turut andil. Misalnya, Kartono Zarkasy, Dahlan Husein, Siti Zainah, Maisaroh Hilal, Soewali, Yusdi Gozali, M. Anwar, Hasan Basri, Marwan, Tayeb Razak, Toha Mashudi, Bidron Hadi, Sulkarnaen, dan Mansyur.
Baca Juga
Advertisement
Siti Hadiroh Ahmad (70), salah satu kerabat Lafran Pane, menuturkan semasa hidupnya, Lafran dikenal sebagai sosok yang sederhana dan bersahaja. Hadiroh merupakan teman dekat istri pertama Lafran yang bernama Dewi. Ketika Dewi meninggal dunia, Lafran pun memanggil Hadiroh.
Ia memberi Hadiroh, yang aktif di organisasi Aisyiah, harta peninggalan istrinya berupa pakaian, perhiasan, tas, dan Tabanas senilai Rp 1,1 juta.
"Seluruhnya diberikan kepada saya untuk diserahkan kepada PP Aisyiah dan kami mewujudkannya dengan menggunakan uang itu untuk membeli meja sidang," ucap Hadiroh, Selasa, 7 November 2017, mengenang sosok Lafran Pane yang kini mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kesahajaan Lafran Pane
Bukti kesederhanaan Lafran Pane lainnya adalah selalu memakai bus kota sebagai alat transportasi. Pernah, ia menunggu bus kota dan ditawari temannya untuk membonceng sepeda motor. Lafran menolak dan memilih untuk tetap menggunakan transportasi umum.
Ia meninggal pada 24 Januari 1991 di rumah dinas IKIP PGRI Yogyakarta. Sampai akhir hayatnya, Pahlawan Nasional yang satu ini tidak pernah memperkaya dirinya, termasuk tidak memiliki rumah pribadi.
Lafran yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen dikenal sangat menghargai mahasiswanya. Ia hafal satu per satu nama mahasiswa dan tidak segan memanggil mereka secara langsung.
Kejadian lain yang memperteguh sosok Lafran Pane yang bersahaja ketika ada kongres HMI. Lafran tidak diizinkan masuk ke tempat acara berlangsung karena ia tidak membawa kartu identitas HMI. Para pengurus muda yang berada di lokasi tidak mengenal Lafran.
Setelah diberi penjelasan oleh orang lain, Lafran akhirnya bisa masuk. Ia tidak marah atau merasa jengkel, tapi justru merasa kaderisasi berhasil karena para pengurus muda konsisten menerapkan aturan.
Advertisement
Sumbangan Pemikiran Lafran Pane
Belum banyak orang yang mengetahui kiprah dan sumbangsih Lafran Pane dalam memajukan negeri pasca-proklamasi. Namun, pemikirannya menjadi dasar pergerakan organisasi mahasiswa Islam yang moderat di Indonesia.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, Lafran Pane mendirikan HMI untuk merespons situasi saat itu, yakni mengikis fanatisme kelompok. Ia berpendapat gagasan pembaharuan pemikiran keislaman dapat dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam.
Kebekuan pemikiran Islam saat itu telah membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari ritual agama dan Alquran hanya menjadi bahan bacaan. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan kebesaran dan kejayaan masa lalu.
Adapun kabar Lafran Pane mendapat gelar Pahlawan Nasional disambut rasa syukur kader HMI dan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka menggelar doa dan tasyakuran di Masjid Jami, Jalan Karangkajen, Mergangsan, Yogyakarta, Selasa, 7 November 2017.
Setelah itu, puluhan aktivis HMI dan KAHMI berziarah ke makam Lafran Pane di pekuburan KH Ahmad Dahlan yang berjarak sekitar 30 meter dari masjid.
"Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Lafran Pane memiliki makna penting bagi organisasi dan generasi penerus bangsa karena beliau merupakan sosok penerus gerakan intelektual yang menumbuhkan semangat nasionalisme dan religiusitas mahasiswa," kata Khamim Zarkasih Putro, Ketua Presidium Majelis Wilayah KAHMI DIY.
Ia merasa bersyukur pemerintah akhirnya menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Lafran Pane setelah bertahun-tahun organisasi mendorong dan mengusulkan hal itu.