Liputan6.com, Madhupur - Enam orang yang terdiri dari lima perempuan dan satu pria, diduga dipukuli oleh sekelompok warga desa yang mencurigai mereka sebagai penyihir.
Polisi menyebutkan, pengeroyokan tersebut terjadi di Madhupur, Distrik Mayurbhanj, Provinsi Odisha, India timur laut. Setidaknya, tujuh orang ditahan akibat kejadian tersebut.
Meski kejadian itu terjadi pada 22 Oktober 2017, kasus tersebut baru terkuak setelah Radhimani Sing, istri dari salah satu korban pemukulan bernama Siba Sing, melapor kepada kepolisian Badashi pada 3 November 2017. Demikian pernyatan dari Subdivisional Police Officer (SDPO) Betnoti, Dhiren Nanda.
Baca Juga
Advertisement
Dalam laporannya, Radhimani menduga ada lima warga yang mengikat suaminya ke sebuah pohon, memukulinya, hingga menyebabkan luka serius di tubuhnya. Ketika memprotes perlakuan terhadap suaminya, Radhimani juga diikat ke pohon dan memperoleh perlakuan yang sama.
Siba Sing, yang terluka parah karena pengeroyokan tersebut, harus dirawat di sebuah rumah sakit di Baripada.
Dikutip dari The New India Express, Rabu (8/11/2017), warga mencurigai bahwa para korban pemukulan merupakan penyihir, menyusul sejumlah kematian yang terjadi di desa.
Investigasi yang dilakukan polisi mengungkap bahwa kejadian serupa terjadi kepada empat orang lainnya -- selain Siba Sing dan Radhimani Sing.
SDPO Betnoti mengumumkan bahwa mereka sudah mengunjungi desa tempat kejadian tersebut. (Affia Zahra)
Dituduh Penyihir, Perempuan di Pedalaman Peru Dibakar Hidup-Hidup
Kejadian serupa pernah dialami seorang perempuan di pedalaman Peru. Ia dibakar hidup-hidup hingga tewas setelah dituduh menjalankan praktik sihir.
Jaksa Peru, Hugo Mauricio, mengatakan kelompok masyarakat Shiringamazu Alto menghukum Rosa Villar Jaronca dengan membakarnya hidup-hidup hingga tewas. Menurut komunitas itu, Jaronca dituduh telah menyebabkan sakit kelompok itu lewat karena ilmu hitam.
Jaksa Mauricio mengatakan, bukti Jaronca tewas dibakar didapat dari sebuah rekaman ponsel. Dalam video itu terlihat, Jaronca terikat di sebuah batang kayu. Seorang pria menyiramnya dengan bensin, lalu seorang pria lainnya memantik korek api. Api pun menjalar menjilat tubuh renta itu. Dalam rekaman terdengar suara jeritannya.
"Perempuan itu dibakar hidup-hidup karena masyarakat menuduhnya penyihir," kata Mauricio.
Ia menambahkan, para warga desa itu membakar tubuh perempuan malang itu selama tiga hari berturut-turut untuk menghilangkan jejak. Namun, otoritas setempat menemukan beberapa tulang-belulang. Mauricio mengatakan ia dan 20 petugas polisi lantas mendatangi lokasi tersebut dan kembali dengan barang bukti yang mereka kumpulkan.
Sebuah buku berisi persetujuan membakar Jaronca juga ditemukan di lokasi. Ditulis dalam tulisan tangan, diindikasikan bahwa mayoritas penduduk desa setuju untuk membakarnya. Keputusan membakar perempuan itu juga disetujui oleh pemimpin desa.
Dalam dokumen itu tertulis hukuman kepada Jaronca agar orang lain tidak mengikuti cara dia menjadi penyihir yang membuat warga sakit.
Menurut Mauricio, di jantung hutan basah Peru terdapat 300 komunitas pribumi di mana tuduhan penyihir adalah hal lazim.
Pada 2015, seorang wanita hamil dituduh penyihir. Warga desa menghukumnya dengan pukulan yang membuatnya keguguran.
Mauricio mengatakan, daerah-daerah terpencil langka dengan kehadiran pemerintah sehingga masyarakat pribumi tak terjangkau akses hukum, pendidikan hingga kesehatan.
Advertisement