Kepsek Genit SMA Elite Dituduh Mulai Teror Siswa dan Sekuriti

Sekuriti yang diketahui sering menjaga CCTV mengaku dipukuli kepala sekolah genit yang tertangkap kamera mencium jidat seorang siswi.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 09 Nov 2017, 11:01 WIB
Seorang sekuriti yang diketahui sering menjaga CCTV mengaku dipukuli kepala sekolah genit yang tertangkap kamera mencium jidat seorang siswi. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Keberbakatan Olahraga Sulawesi Tenggara (Sultra), Konawe Selatan, Aslan, terekam kamera CCTV sekolah bersama seorang siswi berinisial UM. Berdasarkan laporan rekan korban, Aslan sempat mencium jidat dan mengelap keringat siswi tersebut.

Aksinya itu kemudian dilaporkan orangtua siswa kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Sulawesi Tenggara. Kepsek genit itu akhirnya diperiksa. Belakangan, ia gerah dengan kasak-kusuk yang menyebar di sekolahnya.

Ulahnya yang terbaru terjadi pada Rabu, 8 November 2017, sekitar pukul 17.30 Wita. Ketua Pengurus Provinsi Petanque Indonesia Sulawesi Tenggara itu mengeroyok dan menganiaya Erik, salah satu sekuriti sekolah.

Awalnya, kepala sekolah (kepsek) menuduh koordinator sekuriti sekolah yang memprovokasi siswa Sekolah Keberbakatan Olahraga (SKO) untuk berdemonstrasi sehari sebelumnya. Mendengar pemimpinnya dituduh, Erik lalu bertanya kepada kepala sekolah perihal tudingan yang dianggap tak berdasar itu.

"Tiba-tiba saya dipukul. Sebelum dipukul, sopir kepala sekolah memegangi tangan saya. Jadi, saya tidak bisa menghindar dari beberapa pukulan kepsek," ujar Erik yang mengalami memar di hidung dan wajah.

Sekuriti itu diketahui sering menjaga ruang sekolah berisi CCTV. Erik, diduga kepala sekolah, menjadi dalang pembocoran rekaman CCTV sehingga tersebar luas di masyarakat. Pemukulan terjadi setelah sebelumnya Erik sempat ditanyai Kepala Sekolah.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Ancaman pada Siswa

Seorang sekuriti yang diketahui sering menjaga CCTV mengaku dipukuli kepala sekolah genit yang tertangkap kamera mencium jidat seorang siswi. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Selain memukul penjaga sekolah, Aslan juga sempat mengancam sejumlah siswa saat jadwal sarapan pagi pada Selasa, 7 November 2017. Di depan siswanya, Aslan disebut meminta siswanya agar berhati-hati.

"Hati-hati kalian ya, jangan sembarang lapor dan bicara di media sosial. Saya tuntut kalian di Polda Sulawesi Tenggara ya, saya lapor dengan wartawan yang buat itu berita," kata Aslan di depan siswanya.

Mendengar ancaman itu, sejumlah siswa yang sempat diperiksa merasa tidak nyaman belajar di sekolah. Puluhan siswa kemudian memilih mogok belajar sebagai aksi protes.

Kelima siswa yang sempat diperiksa tim investigasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kemudian datang melaporkan pernyataan Kepsek di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah Atas Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara, Andi Nhana Asmawati, menyatakan sejauh ini pihaknya masih menginvestigasi kasus ini. Perihal adanya bukti dari CCTV dan keterangan siswa, pihak Dinas Pendidikan tidak akan mengambil sikap gegabah.

"Kalau ada bukti, jelas ada sanksi entah itu sanksi etika atau pencopotan jabatan. Tapi tidak semudah itu, harus ada prosesnya," ujar Andi Nhana Asnawati.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Nasional Sulawesi Tenggara, Damsid menyatakan dengan tegas akan memecat bawahannya jika terbukti bersalah. "Tindakan pencabulan itu merupakan sikap tidak bermoral, kalau terbukti ya kita ganti itu kepala sekolah," ujar Damsid.

Aslan menjadi bahan pergunjingan para siswanya. Pasalnya, pria berkacamata ini diduga berbuat tidak senonoh kepada seorang siswa SMA di Sulawesi Tenggara. Siswi ini, diketahui berinisial UM dan menjadi atlet tenis meja yang kerap menjalani latihan di sekolah yang dipimpin Aslan.

Dikonfirmasi usai aksi protes siswa, Aslan menyatakan perlu bukti jika menuduh dirinya berbuat mesum kepada siswi SMA yang dimaksud. Ia juga mengatakan jika perbuatannya diangggap memalukan, pihaknya sudah membereskan secara adat.

"Kalau keluarga siswa menganggap itu memalukan, sudah saya selesaikan secara adat. Lagian, kalau melap keringat siswi, kan siswi biasa dilapkan keringat mereka," ujar Aslan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya