Liputan6.com, Padang: Sejak dulu, kacang goreng menjadi cemilan ringan di Sumatera Barat. Biasanya kacang goreng dikonsumsi saat santai dan suguhan yang tepat saat mengobrol dengan kerabat. Dinamakan kacang goreng, karena proses pembuatannya dengan cara digoreng di atas kuali besar. Dan "minyak" yang digunakan adalah pasir dan kerikil halus. Dirandang, begitu orang Minang menyebutnya.
Pembuatan kacang goreng tak terlalu sulit. Kacang yang akan digoreng sebelumnya direndam selama 12 jam, agar air bisa meresap pada biji-biji kacang. Setelah itu, kacang dimasak di atas penggorengan selama dua jam. Agar tak gosong, kacang harus sering dibolak-balik sehingga panasnya merata.
Namun, saat ini sangat sedikit orang yang membuat kacang goreng dengan diradang. Kalaupun masih ada yang bertahan, jumlahnya tidak banyak. Salah satunya, Rusli.
Kakek dengan sepuluh 10 cucu itu membuat kacang goreng (dengan diradang) sekaligus menjualnya sejak setengah abad silam. Pasalnya, membuat kacang goreng merupakan satu-satunya keahlian Rusli. Keahlian itu didapat Rusli dari sang kakek yang juga penjual kacang goreng.
Setiap hari, sebanyak lima kilogram kacang digoreng Rusli untuk bahan dagangannya. Rusli memulai aktivitasnya sekitar pukul 15.00 WIB. Kacang yang sudah direndam mulai digoreng Rusli dalam sebuah wajan berdiameter seratus sentimeter. Selama dua jam, Rusli mengaduk sambil membolak-balik kacang dalam penggorengan.
Jika kacangnya matang, Rusli mempersiapkan diri untuk memulai aktivitas lain, yakni menjual kacang goreng di salah satu sudut Kota Padang, Sumbar. Kegiatan itu dilakoninya dari jam 07.00 WIB hingga jam 22.00 WIB.
Jikakacangnya habis terjual, Rusli bisa mengantongi keuntungan Rp 30 ribu. Dengan sejumlah itu digunakannya untuk menjalani hidup, hari demi hari.(BJK/SHA)
Pembuatan kacang goreng tak terlalu sulit. Kacang yang akan digoreng sebelumnya direndam selama 12 jam, agar air bisa meresap pada biji-biji kacang. Setelah itu, kacang dimasak di atas penggorengan selama dua jam. Agar tak gosong, kacang harus sering dibolak-balik sehingga panasnya merata.
Namun, saat ini sangat sedikit orang yang membuat kacang goreng dengan diradang. Kalaupun masih ada yang bertahan, jumlahnya tidak banyak. Salah satunya, Rusli.
Kakek dengan sepuluh 10 cucu itu membuat kacang goreng (dengan diradang) sekaligus menjualnya sejak setengah abad silam. Pasalnya, membuat kacang goreng merupakan satu-satunya keahlian Rusli. Keahlian itu didapat Rusli dari sang kakek yang juga penjual kacang goreng.
Setiap hari, sebanyak lima kilogram kacang digoreng Rusli untuk bahan dagangannya. Rusli memulai aktivitasnya sekitar pukul 15.00 WIB. Kacang yang sudah direndam mulai digoreng Rusli dalam sebuah wajan berdiameter seratus sentimeter. Selama dua jam, Rusli mengaduk sambil membolak-balik kacang dalam penggorengan.
Jika kacangnya matang, Rusli mempersiapkan diri untuk memulai aktivitas lain, yakni menjual kacang goreng di salah satu sudut Kota Padang, Sumbar. Kegiatan itu dilakoninya dari jam 07.00 WIB hingga jam 22.00 WIB.
Jikakacangnya habis terjual, Rusli bisa mengantongi keuntungan Rp 30 ribu. Dengan sejumlah itu digunakannya untuk menjalani hidup, hari demi hari.(BJK/SHA)