Anak-anak 'Zaman Now' vs Hoax

Anak-anak jaman now harus cerdas membedakan hoax atau bukan. Caranya dengan rajin mencari informasi.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 09 Nov 2017, 20:00 WIB
Anak-anak SMP sangat rentan menjadi tersangka dalam penyebaran konten hoax karena ketidaktahuan mereka. (foto: Liputan6.com/julisn fikri/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - "Sebarkan berita ini ke sepuluh orang temanmu. Jangan berhenti di kamu, kalau tidak kamu bisa mati." Begitu bunyi potongan pesan di salah satu grup media sosial yang sering masuk. Benarkah hal itu? Atau hoax alias kabar bohong?

Pesan itu dibacakan di depan kelas SMP Mardisiswa 2 Semarang. Tak berhenti sampai disitu, remaja-remaja milenial itu kemudian mendiskusikannya. Mereka yang menyebut dirinya kids jaman now  itu sangat antusias.

"Bagaimana logikanya orang yang hanya karena tidak menyebarkan pesan lalu mati?" tanya Bayu, grand finalis Citizen Journalist Academy Semarang.

Itu adalah awal yang indah untuk membuka percakapan dan membuka ruang diskusi Digital Millenial Creative Talk yang digelar Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang. Spontan pertanyaan grand finalis CJA itu memancing gemuruh gumaman.

"Iya ya, kok bisa?" kata seorang siswa.

Gemuruh gumaman tak lama kemudian mereda. Para siswa SMP itu banyak yang masih malu untuk berdiskusi. Mereka mayoritas menunggu lanjutan cerita Bayu.

"Jadi kalau udah tau enggak bermanfaat, harus dilanjutin enggak?" kata Bayu.

Santa Cicilia Sinabariba memberikan materi tentang internet sehat, dalam upaya mengajak para kids jaman now melawan konten hoax. (foto : Liputan6.com/julian fikri/edhie prayitno ige)
Diskusi kemudian mengalir lancar. Forum rupanya sudah sepakat bahwa pesan berantai seperti itu adalah berita bohong. Hoax istilah kerennya. Menurut Santa Cicilia Sinabariba, grand finalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang lainnya, berita bohong selain tak bermanfaat juga bisa menghancurkan hidup orang lain.

"Siapa yang pernah dengar berita soal beras plastik? Bener enggak sih ada beras plastik? Sebelum percaya, kita harus cari tahu dulu. Akibat adanya berita bohong, contoh kecilnya, lihat berapa banyak tukang nasi goreng yang merugi karena berita hoax beras plastik itu," kata Cicilia.

Berita bohong atau hoax juga membahayakan bagi masyarakat. Generasi Alpha yang sekarang duduk di bangku SMP dan suka melabeli mereka dengan istilah kids jaman now itu kemudian diajak menyikapi berita bohong dengan lebih rajin membaca agar tidak mudah terpengaruh.

"Cari tahu dulu, memang ada beras plastik? Beras yang diduga plastik bisa mantul dan kenyal karena memang zat di dalam beras itu sendiri," kata Cicilia.

Tidak hanya berdampak ke orang lain, terlalu sering menyebarkan berita hoax juga membuat kredibilitas  seseorang menurun. Masyarakat pun akan hilang kepercayaan kepada individu tersebut. 

Kegiatan CJA Goes To School ini mendapat apresiasi dari para siswa SMP Mardisiswa 2. Menurut Fahrudin, salah satu guru SMP Mardisiswa 2, kegiatan semacam ini perlu dilakukan terus agar para siswa tak gampang terpengaruh.

"Memberi informasi kepada sekolah dan juga siswa untuk banyak membaca agar tidak terpengaruh menyebarkan konten yang tidak bermanfaat," kata Fahrudin, guru sekaligus kepala humas SMP Mardisiwa 2.

Siswa pun mengakui hal itu. Seperti disampaikan Virga Budi Pangestu. Ia mengaku sering mendapat broadcast atau siaran yang berisi berita bohong.

"Kita jadi dapat info dan tips menghadapi berita bohong," kata Virga, siswa kelas 8A tersebut.

Digital Millenial Creative Talk digagas sebagai bentuk kepedulian pada masyarakat oleh Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang. Tujuannya untuk mengajak masyarakat, khususnya remaja untuk mencerna informasi dengan bijak.

"Jangan mudah percaya hoax alias berita bohong. Kids jaman now harus cerdas," kata Andi Sakina grand finalis kelas public relation.

penulis : Gina Mardani Cahyaningtyas, Grand Finalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang kelas menulis.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya