Ambisi PSSI soal Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia

PSSI akan mengupayakan berbagai cara untuk menyebarkan soal metode dalam Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia

oleh Ahmad Fawwaz Usman diperbarui 09 Nov 2017, 21:45 WIB
Wartawan menunggu delegasi FIFA-AFC di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Selasa (3/11/2015). FIFA memiliki agenda pertemuan dengan pihak Asosiasi Pemain, PT Liga Indonesia dan Juga perwakilan Wartawan. (Bola.com / Nicklas Hanoatubun)

Liputan6.com, Jakarta PSSI memiliki ambisi besar dalam peluncuran buku Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia. Diharapkan, semua pelatih di Indonesia akan menjadikan buku tersebut sebagai pedoman dalam pembinaan usia muda.

Seperti diketahui, PSSI lewat Direktur Teknik Danurwindo baru saja meluncurkan buku berjudul Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia di kantor PSSI, Grand Rubina, Jakarta, Kamis (9/11/2017). Tujuannya tentu agar sepak bola Indonesia bisa kembali berprestasi dalam beberapa tahun mendatang.

Buku setebal 165 halaman itu sendiri terbagi dalam enam bab ditambah dari contoh model sesi latihan. Dalam buku itu dijelaskan ada beberapa fase yang harus dilewati dalam pembinaan sepak bola usia muda.

Mulai dari fase 10-13 tahun, 14-17 tahun, dan 18 tahun ke atas. Meski diberikan metode latihan yang berbeda-beda, Danurwindo menjelaskan soal keinginan yang diharapkan dari para pemain-pemain Indonesia di masa depan.

"Kita punya cara bermain dan bisa dikembangkan dari usia dini. Dalam menyerang, berarti kita fokus pada posisi, kemudian mencetak gol. harus pro-aktif, ingin selalu menguasai bola. Menyerang dengan konstruktif, artinya dari lini ke lini, belakang ke depan," kata Danurwindo.


Serangan Balik

kurikulum sepak bola indonesia (Ahmad Fawwaz Usman)

Mantan pelatih Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya itu juga menjelaskan secara detail mengenai alasan dan cara pemain dalam menghadapi sebuah pertandingan. Mulai dari bertahan hingga melancarkan serangan balik.

"Ada transisi negatif saat menyerang lalu kehilangan bola. Saat bertahan, harus bermain dengan smart zona pressing, bukan man to man marking. Harus tahu kapan dan di mana harus pressing. Bertahan dengan pro aktif. Ingin kembali merebut bola saat kehilangan. Baru terakhir ada zona marking," ungkap Danurwindo.

"Begitu juga dengan transisi positif. Prioritas pertama yang harus dilakukan dari bertahan ke menyerang adalah counter attack. Kalau tidak bisa, kita harus melanjutkannya ke re-build-up. Harus ada kurikulum untuk itu semua," sambungnya.


Tingkat Asia

Direktur Teknis PSSI, Danurwindo (tengah), bersama dua pelatih Timnas Indonesia usia muda, Fakhri Husaini dan Indra Sjafri, memegang buku kurikulum sepak bola Indonesia. (Bola.com/PSSI)

Untuk menyebarkan soal metode dalam Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia, ada berbagai cara yang bakal ditempuh PSSI. Nantinya, mereka bakal keliling daerah untuk menularkan ilmu yang terdapat di dalam buku tersebut.

"Kita menggelar kursus-kursus B dan C AFC silabusnya sudah sesuai dengan ini. Antusiasnya sangat luar biasa. Banyak permintaan dari daerah. Kami juga akan menggelar workshop ke 10 daerah di Indonesia. Semoga dalam 8-10 tahun kita punya fondasi untuk bersaing di tingkat Asia," jelasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya