Liputan6.com, Madrid - Adidas pekan ini merilis jersey terbaru tim nasional sepak bola Spanyol untuk Piala Dunia 2018. Jersey tersebut menuai kontroversi, karena dianggap sensitif oleh sejumlah pihak.
Jersey didominasi oleh warna merah, yang dilengkapi pola kuning dan biru. Namun, beberapa pihak menilai warna birunya mirip dengan warna ungu, sebuah warna yang tertempel di bendera Republik Spanyol pada periode 1930-an.
Advertisement
Spanyol, yang berstatus Republik pada 1931 hingga 1939, memakai tiga warna pada benderanya, yakni merah, kuning, dan ungu.
Bendera itu turut membangkitkan kenangan buruk akan perang saudara yang terjadi antara tahun 1936 dan 1939. Konflik tersebut dimenangkan oleh kaum nasionalis dan mengangkat Fransisco Franco menjadi kepala negara. Ia berkuasa sampai wafat pada 1975.
Bendera tersebut hingga kini masih digunakan oleh kelompok kiri yang menentang sistem Monarki Spanyol.
Adidas dan Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) menyangkal tudingan itu dalam sebuah siaran pers, mengatakan bahwa kostum tersebut tidak memiliki konotasi politik apa pun.
Mereka menyebut, tiga warna tadi mewakili unsur keberanian dan kegarangan. Sementara itu, grafis berlian berwarna merah, kuning dan biru, mewakili kualitas terbaik yang dimiliki tim: kecepatan, energi, dan gaya permainan tiki-taka khas Spanyol.
Disebutkan juga, pola tersebut terinspirasi oleh jersey yang dikenakan Timnas Spanyol di Piala Dunia 1994. Desain kostum memiliki pola samping yang mencampur tiga warna. Merah menjadi warna utama untuk bagian atas, dikombinasikan dengan celana biru dan kaus kaki hitam.
Tanggapan Publik
Spanyol saat ini tengah mengalami momen politik sulit setelah referendum kemerdekaan Catalonia. Catalonia telah mendesak untuk berpisah dengan Negeri Matador sejak dibentuknya Deklarasi Inisiasi Proses Kemerdekaan Catalonia pada 9 November 2015.
Kehadiran jersey terbaru Timnas Spanyol semakin menambah "panas" kondisi.
Berbagai tanggapan minor pun muncul, seperti sebuah pernyataan yang dikemukakan oleh seorang warga bernama Javier Andrés Roldán. Ia berkata, "Saya berharap asosiasi sepak bola bereaksi dan tidak membiarkan kita (Spanyol) bermain dengan warna-warna ini."
Namun, pakar sepak bola Spanyol Sid Lowe mengatakan hal sebaliknya. "Pemikiran bahwa Adidas dan RFEF sengaja memasukan unsur politik ke dalam kostum adalah hal yang menggelikan", tukasnya.
Sementara itu, kasus jersey Spanyol ini bukanlah pertama kalinya sepak bola dituding bercampur dengan politik.
Seperti ketika FC Barcelona menggunakan motif garis merah dan kuning sebagai kostum tandang mereka pada musim 2013-2014. Motif itu dianggap menyerupai warna pada senyera (bendera Catalonia).
Selain itu, mantan bintang Brasil Socrates juga ikut menanamkan nilai politik dalam olahraga kaki tersebut. Mantan pemain yang wafat pada 2011 itu dikenal sering menyampaikan dan mengajarkan pentingnya memasukkan nilai-nilai demokrasi dalam pengelolaan sepak bola. Seperti ketika ia mengajak rekan timnya untuk berdiskusi menentukan keputusan yang berkaitan dengan kepentingan pemain. Hal itu ia lakukan ketika masih aktif menjadi pemain di klub Corinthians pada 1978-1984.
Baca Juga
Advertisement