Kisah Kibasan Serban Kiai Abbas di Pertempuran Surabaya

Saat pertempuran Surabaya 10 November 1945, konon Kiai Abbas merontokkan pesawat musuh dengan tembakan butiran tasbih dan kibasan serban.

oleh Panji Prayitno diperbarui 10 Nov 2017, 04:00 WIB
Gelegar pidato Bung Tomo jelang pertempuran Surabaya 10 November 1945 masih menggetarkan.

Liputan6.com, Cirebon - Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 adalah pertempuran terbesar dalam sejarah revolusi nasional Indonesia. Peristiwa 10 November ini merupakan pertempuran pertama dengan pasukan asing sejak proklamasi kemerdekaan.

Begitu dahsyatnya pertempuran 10 November, sehingga disebut sebagai simbol perlawanan rakyat Indonesia melawan kolonialisme. Tanggal 10 November pun diperingati sebagai Hari Pahlawan dan Surabaya sebagai lokasi perang disebut sebagai Kota Pahlawan.

Selain inspirasi semangat dan kepahlawanan, peristiwa 10 November juga menyisakan cerita-cerita sisi lain. Salah satunya kisah tentang kejadian gaib saat perang, yakni kejadian ketika kiai panglima perang berperang dengan cara ajaib.

Komandan perang 10 November 1945 Kiai Abbas Abdul Jamil dari Pesantren Buntet Cirebon kala itu dikisahkan berperang dengan menggunakan busana yang biasa dikenakan santri. Dengan bakiak, sarung, dan tasbih, dia memporakporandakan pasukan asing.

Kalangan santri sempat disebut kaum bersarung. Ini terkait dengan busana penutup aurat yang kerap dikenakan para santri, yakni sarung. Di era dahulu sarung berpasangan dengan alas kaki terbuat dari kayu alias bakiak.

Kiai Abbas menggunakan bakiak mengadang hujan peluru Belanda. "Bakiak tersebut yang digunakan oleh Kiai Abbas untuk memimpin peperangan 10 November," ujar penulis buku Kisah-kisah dari Buntet Pesantren, Munib Rowandi, kepada Liputan6.com saat memperingati Hari Pahlawan pada 2016 lalu.

Selain menggunakan bakiak, Kiai Abbas juga menggunakan alu (alat penumbuk padi) dan tasbih untuk melawan para penjajah dalam peristiwa besar tersebut.

Munib mendapatkan data peristiwa 10 November tersebut dari penuturan pengawal Kiai Abbas yang bernama Abdul Wahid. Seperti yang dituliskan oleh Abdul Wahid, Kiai Abbas memimpin perang 10 November dengan menggunakan bakiak yang dipegangnya sejak dari Cirebon.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Menumpang Kereta Api

Memperingati Hari Pahlawan 10 November PT KAI ajak pengguna commuter line mengheningkan cipta di stasiun. (Foto: YouTube.com)

Dalam kisah yang didapatkan dari Abdul Wachid, diketahui Kiai Abbas berangkat dari Cirebon beserta kiai dan santri dengan menggunakan kereta api. Mereka singgah terlebih dahulu di kediaman Kiai Bisri di Rembang, Jawa Tengah.

Di tempat itulah, para kiai dari berbagai daerah yang berjumlah sekitar 15 orang melakukan musyawarah dan melanjutkan perjalanan menuju Surabaya dengan menggunakan mobil.

Meski semangat arek-arek Suroboyo untuk menyerang tentara sekutu saat itu sudah kuat, mereka ditahan oleh Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Kiai Hasyim meminta masyarakat untuk terlebih dahulu menunggu kedatangan Kiai Abbas dari Pesantren Buntet Cirebon.

"Kiai Abbas akhirnya ditunjuk menjadi komandan perang 10 November saat itu," kata Munib.


Ribuan Alu Berterbangan

Perang Aceh | via: djenderal4arwah.wordpress.com

Saat peperangan berkecamuk, Kiai Abbas berdoa khusyuk. Atas seizin Allah, kata Munib, ribuan alu milik masyarakat berterbangan dan menghantam pasukan penjajah. Butiran-butiran tasbih dilemparkan oleh Kiai Abbas dan mampu menghancurkan sejumlah pesawat terbang yang menjadi andalan utama tentara sekutu.

"Kiai Cholil Bisri pernah bercerita, bahwa Kiai Abbas mengibaskan sorbannya dan mengakibatkan pesawat terbang milik musuh hancur," kata Munib.

Kiai Abbas wafat pada 1946. Komandan Pertempuran Surabaya itu memendam kekecewaan mendalam atas perjanjian Linggarjati yang diteken Pemerintah Indonesia dan penjajah saat itu. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya