2017 Diduga Salah Satu Tahun Terpanas di Muka Bumi

Memang belum terbukti lebih panas dari 2016, tapi 2017 melanjutkan tren jangka panjang peningkatan suhu global.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 10 Nov 2017, 13:31 WIB
Ilustrasi perubahan iklim (AFP)

Liputan6.com, Bonn - Data terkini temperatur yang dikumpulkan oleh World Meteorogical Organization (WMO) menengarai tahun 2017 "sangat mungkin" masuk dalam salah satu dari tiga tahun rekor terpanas.

Memang 2017 belum terbukti lebih panas dibandingkan 2016. Pada tahun itu, suhu Bumi terdongkrak oleh pola iklim El Nino di Pasifik. Namun begitu, tahun 2017 jelas melanjutkan tren jangka panjang peningkatan suhu global.

Dikutip dari UPI pada Jumat (10/11/2017), Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal WMO, menyatakan melalui terbitan pers, "Tiga tahun terakhir menjadi tahun-tahun puncak kalau bicara soal rekor suhu. Hal tersebut menjadi bagian dari tren penghangatan jangka panjang."

Serupa dengan laporan perubahan iklim yang diterbitkan pada Minggu lalu oleh pemerintah Amerika Serikat (AS), informasi terkini dari WMO mengaitkan peningkatan suhu global dengan bertambahnya cuaca ekstrem.

"Kita telah menyaksikan cuaca yang tidak biasa, termasuk suhu sehingga 50 derajat Celcius di Asia, badai bertubi-tubi pemecah rekor di Karibia dan Atlantik hingga ke Irlandia, banjir muson yang berdampak kepada jutaan orang, serta kekeringan ganas di Afrika Timur," kata Taalas. 

Suhu global memang telah naik selama beberapa dekade belakangan, walaupun penghangatannya melambat di awalnya. Akan tetapi, pembacaan suhu dalam beberapa tahun terakhir menengarai penghangatan mengalami percepatan lagi.

 


Emisi Gas CO2

Ilustrasi beruang kutub di atas lapisan es. (Sumber Pixabay)

Data terkini dari WMO dipaparkan kepada para delegasi konferensi iklim global PBB pada Senin lalu yang diadakan minggu ini di Bonn, Jerman.

Laporan itu menyebutkan bahwa emisi karbon buatan manusia bertanggung jawab besar terhadap penghangatan global. Tahun lalu, kadar CO2 mencapai 403,3 bagian per sejuta (part per million, ppm).

Antara Januari dan September, rata-rata suhu global 1,1 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan dengan rerata suhu global sebelum Revolusi Industri. Rentang lima tahun antara 2013 dan 2017 kemungkinan tercatat sebagai yang terpanas.

Bukan hanya kejadian-kejadian cuaca ekstrem, para peneliti WMO mengatakan bahwa kenaikan suhu global juga berkaitan dengan fenomena lenyapnya laut es di Kutub Utara dan tergerusnya terumbu karang.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya