Ini Kehebatan Pesawat N219 yang Bakal Diberi Nama oleh Jokowi

N219 merupakan pesawat dengan kapasitas 19 seat dengan bermesin baling baling (propeller) dengan jenis Hartzell 4-Blade Metal Propeller.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 10 Nov 2017, 09:45 WIB
Pesawat N219 produksi PT Dirgantara Indonesia melakukan system navigation functional check. (Dok. PTDI)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memberikan nama pesawat karya anak bangsa, N219, produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero) bersama LAPAN. Pemberian nama ini rencananya berlangsung di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta seiring peringatan Hari Pahlawan.

Seperti Liputan6.com kutip dari data PT DI, menyebutkan ada beberapa kehebatan yang dimiliki N219. Apa saja?

N219 merupakan pesawat dengan kapasitas 19 seat dengan bermesin baling baling (propeller) dengan jenis Hartzell 4-Blade Metal Propeller. Dengan jenis ini maka pesawat mampu mendarat di landasan (runway) yang hanya memiliki panjang 600 meter.

"Dengan begitu, maka memang pesawat ini diperuntukkan menjangkau wilayah terpencil di Indonesia," kata Deputi Usaha Tambang, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, beberapa waktu lalu.

Tidak hanya itu, N219 ini juga didukung dengan dua mesin Pratt & Whitney Aircraft of Canada Limited PT6A-42 masing-masing bertenaga 850 SHP.

Degan bekal mesin tersebut maka N219 ini, mampu mengangkut beban hingga 7.030 kilogram (kg) saat take off dan 6.940 kg saat mendarat. Kecepatan pesawat N219 bisa mencapai 210 knot dengan kecepatan ekonomisnya 190 knot.

N219 diciptakan sebagai pengembangan pesawat NC 212 yang diproduksi PT DI dengan CASA. Pesawat sejenis yang menjadi pesaing N219 saat ini adalah Twin Otter DHC-6 yang berasal dari Kanada.

Hanya saja keunggulan N219 dibandingkan Twin Otter tersebut, karena memiliki model lebih modern dan harganya lebih murah. Efisiensi ini didapatkan karena sistem pesawat ini telah menggunakan sistem terbaru yang digunakan pesawat-pesawat saat ini, sehingga suku cadangnya juga mudah didapatkan.

Di kabin pilot, N219 sudah menerapkan Garmin G-1000 dengan Flight Management System yang ada di dalamnya terdapat GLobal Positioning System (GPS), sistem autopilot dan sistem peringatan bahaya penerbangan.

Kelebihan lain dari N219 ini juga mampu dimodifikasi menjadi pesawat angkut amfibi, dimana bisa mendarat di laut. Ini diklaim akan menopang wisata bahari di Indonesia.

Tonton Video Pilihan Ini:


Sudah Uji Terbang 7 Kali

Sejauh ini, N219 telah melakukan uji terbang ketujuh dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, menuju Lanud Halim Perdanakusuma, DKI Jakarta.

Captain Esther Gayatri Saleh, Chief Test Pilot PTDI sebagai Pilot In Command (PIC), Captain Adi Budi Atmoko sebagai First Officer (FO) beserta Ir Yustinus Kus Wardana, dan Adriwiyanto Onward Kaunang sebagai Flight Test Engineer (FTE) sukses menerbangkan pesawat N219 menuju Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

PTDI telah sukses melakukan uji terbang perdana pesawat N219 pada 16 Agustus 2017, kemudian pesawat N219 kembali melakukan uji terbang pada 23 Agustus 2017, 15 September 2017, 16 September 2017, uji terbang kedua sampai dengan uji terbang keempat.

Pesawat N219 sudah melakukan handling quality characterictic test untuk mengetahui karakteristik pesawat dan engine performance test untuk tahu karakteristik dan performa dari mesin pesawat N219.

Usai menjalani serangkaian perbaikan untuk meningkatkan performa, pesawat N219 kembali melakukan uji terbang ke-5 pada 5 November 2017 dengan melakukan flight control system check untuk mengetahui respons setiap komponen pesawat terhadap setiap data yang dimasukkan dalam sistem.

Uji terbang ke-6 pada 6 November 2017 pesawat N219 melakukan system navigation functional check untuk mengetahui sistem avionik, sistem komunikasi, peralatan navigasi serta seluruh instrumen yang ada di pesawat berfungsi dengan baik.

Pesawat N219 rencananya akan berada di Lanud Halim Perdanakusuma hingga 11 November 2017 atau sehari setelah diberikan nama oleh Presiden Joko Widodo.

“Pesawat rencananya akan diterbangkan kembali ke Bandung hari Sabtu pagi 11 November karena jika terbang lebih dari jam 09.30, cuaca akan sangat cepat sekali berubah,” kata Palmana Banandhi, Chief Engineering N219.

Paralel dengan uji terbang purwarupa pesawat pertama N219, PTDI sedang membangun tiga purwarupa pesawat N219 di Hanggar N219 PTDI, Bandung.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya