Dampak Mematikan Gelombang Panas pada Manusia

Ancaman-ancaman oleh gelombang panas ternyata amat beragam dan dapat membunuh manusia dalam 27 cara.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 10 Nov 2017, 22:00 WIB
Cuaca panas melanda sejumlah wilayah dibagian timur Cina dengan suhu rata-rata lebih dari 35 Derajat Celcius.

Liputan6.com, Manoa - Peningkatan suhu global terus berlanjut sehingga gelombang panas (heatwave) menjadi semakin lazim. Para ilmuwan pun berupaya mengerti dampaknya pada kesehatan manusia.

Menurut suatu penelitian yang terbit pada minggu ini, ancaman-ancaman oleh gelombang panas ternyata amat beragam. Kenyataannya, gelombang panas dapat membunuh manusia dalam 27 cara.

Para peneliti menjabarkan secara rinci beragam mekanisme mematikan itu dalam jurnal "Circulation: Cardiovascular Quality and Outcomes."

Dikutip dari UPI pada Jumat (10/11/2017), pimpinan penulisan Camilo Mora menyatakan melalui pernyataan pers mengatakan, "Kita mengetahui ada banyak contoh kasus ketika orang meninggal akibat gelombang panas."

Peneliti University of Hawaii di Manoa itu melanjutkan, "Namun demikian, alasan matinya orang itu adalah suatu pertanyaan yang jawabannya masih tercerai-berai."

Mora dan rekan-rekannya mengidentifikasi 5 mekanisme fisiologis yang terdampak oleh panas ekstrem. Mereka menyimpulkan bahwa 5 mekanisme tersebut dapat merusak 7 organ berbeda.

Penampakan serbuan gelombang panas di Spanyol sebagaimana difoto dari satelit NASA pada 1 Juli 2004. (Sumber Flickr/NASA/GSFC/Jacques Descloitres and Ana Pinheiro, MODIS Rapid Response Team)

Para peneliti kemudian melakukan survei terhadap literatur medis untuk mencari bukti 35 kombinasi mekanisme dan organ. Literatur yang menjadi rujukan menengarai bahwa 27 kombinasi di antaranya dapat mematikan.

Menurut Mora, "Mati di tengah serangan gelombang panas itu seperti sebuah fim horor dengan 27 pilihan akhir cerita yang buruk."

"Mengherankan menyaksikan manusia secara umum menganggap enteng ancaman-ancaman yang dihadirkan oleh perubahan iklim."

 

 


Kerusakan Otak, Jantung, Ginjal, Hati, dan Saluran Pencernaan

Ilustrasi gelombang panas (AFP)

Selama kejadian panas ekstrem, hipotalamus (hypothalamus) manusia mengalihkan darah agar menuju kulit untuk keperluan pendinginan. Akibatnya, organ-organ vital kekurangan pasokan darah secukupnya. Mekanisme yang dikenal sebagai iskemia (ischemia) ini dapat menghasilkan zat kimia beracun.

Mekanisme yang lain, yaitu sitotoksitas (cytotoxity) adalah ketika terjadi kerusakan langsung pada sel yang disebabkan oleh panas.

Dua mekanisme tersebut dapat merusak otak, jantung, ginjal, hati, atau saluran pencernaan. Keduanya dapat begitu saja membunuh atau menyebabkan jenis komplikasi maut lainnya.

Misalnya, iskemia dan sitotoksitas dapat merusak dan menyebabkan kegagalan dinding usus, sehingga isi lambung seseorang bocor ke dalam aliran darah dan menyebabkan keadaan systemic inflammatory response syndrome (SIRS).

Tanggapan terhadap inflamasi melibatkan pengerahan sel-sel darah putih untuk melawan infeksi, tapi mekanisme itu malah memperburuk kehancuran usus.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pengentalan Darah

Ilustrasi manusia kepanasan hingga mengalami sakit kepala.

Kekacauan fisiologis itu dapat memicu mekanisme lain yang dikenal sebagai disseminated intravascular coagulation, yaitu ketika serangkaian protein yang terlalu aktif kemudian menyebabkan darah mengental di seluruh tubuh sehingga menghentikan pasokan darah ke otak dan organ-organ vital lain sampai menuju perdarahan fatal.

Mekanisme fatal yang lain lagi adalah ketika iskemia dan sitotoksitas diperparah oleh kegiatan yang melelahkan sehingga terjadi kerusakan jejaring otot dan tercetusnya myoglobin yang bersifat racun bagi hati, paru-paru, dan ginjal.

Yang paling berisiko adalah kaum usia lanjut dan orang-orang dengan sistem imun yang terganggu, tapi penelitian teranyar ini menjadi pengingat bahwa gelombang panas dapat membahayakan siapapun dan semuanya.

Menurut para peneliti, risiko-risiko yang ada menuntut para pembuat kebijakan untuk melakukan apa yang perlu demi mencegah penghangatan lebih lanjut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya