Liputan6.com, Medan - Hujan deras yang melanda beberapa wilayah telah menyebabkan banjir yang merendam permukiman. Bencana banjir tercatat di Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Asahan, Kabupaten Bandung, Kabupaten Balangan, Kota Medan, dan Kabupaten Pelalawan.
Meningkatnya curah hujan telah menyebabkan debit sungai meluap. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS) meningkatkan jumlah daerah yang rentan bencana banjir. Bahkan, banjir dapat terjadi berulang kali dalam satu tahun.
Misal, banjir di Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang, Kabupaten Bandung dapat terjadi lebih dari 15 kali dalam satu tahun. Begitu juga di Kabupaten Asahan, banjir dapat terjadi 5 kali dalam setahun.
Baca Juga
Advertisement
"Ini terjadi karena makin rentannya daerah tersebut akibat kerusakan daerah aliran sungai di bagian hulu, tengah dan hilir. Akibatnya permukiman makin sensitif terjadi bencana," kata Sutopo, Rabu, 8 November 2017.
Sutopo menyebutkan, pada Rabu sekitar pukul 02.00 WIB, banjir melanda delapan desa di Kecamatan Suro, Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh. Banjir terjadi setelah kawasan itu diguyur hujan deras dalam beberapa hari terakhir. Ketinggian air akibat banjir bandang mencapai dua meter, tepatnya di Desa Bulusema, Kecamatan Suro, Aceh Singkil.
"Jalan nasional penghubung Aceh Singkil dan Subulussalam tidak bisa dilalui kendaraan," sebutnya.
Sutopo menerangkan, kedelapan desa yang terkena banjir itu antara lain Desa Ujung Limus, Silatong, Tanjung Mas, Cububukan, Serasah, Lae Riman, Lipat Kajang, dan Kain Golong. Sebanyak 1.738 jiwa terdampak banjir bandang. BPBD Aceh Singkil bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Tagana, PMI dan relawan melakukan evakuasi warga. Dapur umum telah didirikan.
"Terputusnya akses jalan menyebabkan antrean kendaraan dari arah Singkil-Subulussalam dan sebaliknya mengular. Polisi dan TNI berjaga-jaga di lokasi banjir," terang dia.
Selain itu, banjir juga melanda tiga kecamatan di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat yaitu Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang pada Selasa, 7 November 2017, pukul 19.00 WIB.
Hujan lebat menyebabkan Sungai Cisangkuy, Sungai Cikapundung, dan Sungai Citarum meluap sehingga menggenangi 1.058 rumah dengan tinggi banjir 10-150 centimeter.
"Tidak ada korban jiwa. Masyarakat sudah terbiasa mengalami banjir. Setiap tahun daerah ini terlanda banjir sejak lama," ucap Sutopo.
Simak video pilihan berikut ini:
Banjir di Kota Medan
Di Kota Medan, banjir melanda permukiman di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, dan Kelurahan Sukaraja, Aur, Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun pada 7 November 2017 pukul 03.00 WIB. Sebanyak 775 rumah dengan 1.240 kepala keluarga atau 4.983 jiwa terdampak banjir setinggi 100-150 sentimeter.
Banjir disebabkan hujan dengan intensitas tinggi dan meluapnya Sungai Deli. Saat ini, banjir sudah berangsur surut. Pada saat yang bersamaan, banjir juga melanda 9 desa di Kecamatan Halong dan Kecamatan Juai Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan pukul 05.00 WITA.
Banjir merendam 427 unit rumah panggung dengan tinggi banjir 50-150 centimeter. Sebanyak 1.242 jiwa terdampak banjir. Tidak ada korban jiwa. Di Kabupaten Asahan, banjir masih menggenangi 1.108 rumah di Kecamatan Teluk Dalam dan Kecamatan Simpang Empat.
Banjir terjadi sejak 4 November 2017 hingga sekarang. Namun, Bupati Asahan belum menetapkan tanggap darurat bencana banjir sampai saat ini.
Tidak hanya itu, banjir juga melanda Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara. Hujan lebat menyebabkan sungai meluap dan tanggul jebol sehingga banjir melanda di Kecamatan Angkola Sangkunur dan Kecamatan Batangtoru.
BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, relawan, dan masyarakat melakukan penanganan darurat. Kepala BNPB telah mengirimkan surat edaran kepada seluruh BPBD agar melakukan upaya antisipasi menghadapi banjir dan longsor.
"Koordinasi antar berbagai pihak dilakukan untuk antisipasi bencana. Logistik dan peralatan didekatkan pada titik-titik bencana. Puncak banjir dan longsor diprediksi terjadi pada Januari mendatang. Ancaman banjir dan longsor akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada," Sutopo menandaskan.
Advertisement
Banjir Melanda Dua Kabupaten di Kalteng
Sejak Rabu, 8 November 2017, sejumlah desa di dua kabupaten yakni Murung Raya dan Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mulai dilanda banjir setinggi 1 meter. Banjir disebabkan tingginya curah hujan dalam beberapa hari ini sehingga debit air Sungai Barito meningkat.
Bahkan, pada Kamis, 9 November 2017, jalan negara yang menghubungkan kota Muara Teweh, Kalteng dan Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) di kilometer 27 terendam banjir akibat meluapnya Sungai Sikuy (anak Sungai Teweh) di wilayah Desa Sikui, Kecamatan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Akibat banjir yang mencapai 1 meter tersebut, arus transportasi di jalan yang menghubungkan dua provinsi itu terganggu. Kendaraan roda dua dan empat tidak bisa melintas. Namun, biasanya banjir di jalan negara ini hanya berlangsung 4-5 jam kemudian surut.
Kepala Pelaksana Tugas Badan Pengendalian Rencana dan Pemadam Kebakaran (BPBKP) Kalteng Darliansyah membenarkan bahwa dua kelurahan yakni Kelurahan Montalat dan Sikuy di Kabupaten Barito Utara dan Desa Juking Pandang, Barito dan Sumpoi di Kelurahan Balilit Kabupaten Murung Raya direndam banjir setinggi 1 meter.
"Saat ini belum ada korban jiwa dan mudah-mudahan tidak ada korban jiwa dan warga belum mengungsi karena ketinggian air belum menggenangi rumah karena rumah mereka berbentuk panggung. Banjir saat ini hanya menggenangi jalan dan halaman rumah mereka," jelas dia.
Namun, pihaknya bersama-sama pemerintah kabupaten terus melakukan pemantauan apabila hujan terus mengguyur maka besar kemungkinan air akan terus meningkat debitnya dan rumah warga akan terendam.
"Tapi tim reaksi cepat kami sudah standby sehingga ketika warga ingin mengungsi kita akan siapkan tempat penampungan dan siap mengevakuasi warga yang dilengkapi dengan tenaga medis dan dapur umum," tuturnya.
Saat ini, sejumlah kabupaten yang rawan banjir telah siap siaga apabila terjadi banjir karena menurut perkiraan BMKG puncak hujan untuk Kalteng baru terjadi Desember hingga Februari mendatang.