Liputan6.com, Jakarta - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), perusahaan bergerak di usaha petrokimia telah menerbitkan dan menawarkan surat utang atau obligasi senilai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,05 triliun (asumsi kurs Rp 13.525 per dolar Amerika Serikat) pada 8 November 2017.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan menetapkan tingkat bunga 4,95 persen per tahun untuk obligasi yang ditawarkan perseroan. Jatuh tempo pembayaran bunga setiap enam bulan. Surat utang tersebut akan jatuh tempo pada 2024.
Perseroan akan menggunakan penerbitan obligasi itu untuk belanja modal terkait peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi produk serta belanja modal lainnya untuk meningkatkan skala kegiatan usaha.
Baca Juga
Advertisement
Adapun yang bertindak sebagai pembeli awal saat penawaran obligasi antara lain Citigroup Global Markets Singapore Pte Ltd, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited Singapore Branch, DBS Bank Ltd, Deutsche Bank AG, Hong Kong Branch dan Mandiri Securities Pte Ltd.
Penawaran obligasi US$ 300 juta tersebut mewakili 25,06 persen dari ekuitas perseroan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang diaudit per 30 Juni 2017. Transaksi tersebut merupakan transaksi material seperti disebutkan dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.E.2 dengan nilai transaksi melebihi 20 persen namun kurang dari 50 persen dari ekuitas perseroan.
Oleh karena itu, Chandra Asri Petrochemicalwajib mengumumkan transaksi tersebut kepada publik dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, transaksi itu bukan merupakan transaksi afiliasi dan tidak menimbulkan benturan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor IX.E.1
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penerbitan Obligasi Capai Rp 130 Triliun
Sebelumnya, penerbitan surat utang atau obligasi korporasi tahun ini diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun lalu. Diperkirakan, penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 130 triliun.
Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengatakan, derasnya penerbitan obligasi seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi nasional. Itu akan memicu dana asing masuk ke Indonesia.
"Dari sisi emisi, bahwa yang namanya kondisi ekonomi Indonesia cukup bagus, dalam arti kita akan melihat adanya inflow dana asing yang cukup besar. Karena beberapa kondisi seperti kemarin kita mengalami upgrade rating beberapa lembaga rating, ada 2 rating internasional yang memberikan kita outlook positif," kata dia seperti ditulis, di Jakarta, Jumat 7 Juli 2017.
Adanya kondisi tersebut, lanjut dia, memicu perusahaan untuk menerbitkan obligasi. Dia mengatakan, kupon obligasi akan rendah seiring dengan penurunan suku bunga.
"Akan memberikan keuntungan emiten yang ingin mendapatkan dana melalui penerbitan obligasi korporasi, untuk bisa menekan suku bunga, kupon penerbitannya. Karena demand yang besar akan lebih efisien dalam menentukan suku bunga," jelas dia.
Wahyu menuturkan, jika penerbitan obligasi tahun sebelumnya mencapai kisaran Rp 110 triliun, maka tahun ini diperkirakan Rp 130 triliun. Artinya, pertumbuhannya mencapai 18,18 persen.
"Kita bisa berharap, bahwa angka penerbitan obligasi korporasi dibanding tahun lalu akan lebih tinggi yang dicatat tahun lalu. Kalau tahun lalu angkanya Rp 110 triliun, kita mungkin bisa berharap Rp 130 triliun tercapai," ujar dia.
Menurutnya, penerbitan obligasi tak hanya untuk memenuhi pembiayaan kembali (refinancing) perusahaan. Namun, juga didorong oleh keinginan perusahaan untuk ekspansi.
"Biasanya refinancing. Kalau misalnya kondisi ekonomi sedang bagus seperti ini, biasanya mereka tidak cuma refinancing. Kita lihat saja tahun 2011-2012 kondisi mirip-mirip tahun ini, ekonomi sedang booming. Itu refinancing cuma 30 persen dari total penerbitan obligasi korporasi. Jadi kita bisa berharap tahun ini seperti itu," tukas dia.
Advertisement