Qatar Tunjuk 4 Wanita Jadi Anggota Dewan Syuro

Qatar membuat gebrakan dengan menunjuk empat wanita untuk duduk di Dewan Syuro. Ini pertama kali dalam sejarah negara Teluk itu.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 10 Nov 2017, 18:40 WIB
Pemutusan hubungan diplomatik oleh sejumlah negara Arab terhadap Qatar memicu krisis Timur Tengah. (Liputan6.com/Infografis)

Liputan6.com, Doha - Qatar telah mengumumkan 28 anggota baru yang akan duduk di salah satu lembaga konsultatif paling penting di negara itu, empat di antaranya adalah perempuan. Bersama dengan anggota Dewan Syuro lainnya, para wanita ini akan bertanggung jawab membahas rancangan undang-undang, kebijakan umum pemerintah, dan rancangan anggaran negara.

"Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengeluarkan dekrit yang memperbarui keanggotaan Dewan Syuro dan menunjuk 28 anggota baru yang untuk pertama kalinya dalam sejarah terdapat wanita...," demikian laporan kantor berita Qatar News Agency, seperti dilansir Al Jazeera pada Jumat (10/11/2017).

Keempat wanita yang ditunjuk itu adalah Hind Abdul Rahman al-Muftah, Hessa Sultan al-Jaber, Reem al-Mansoori, dan Aisha Yousef al-Mannai.

Pengumuman tersebut mencuat di tengah Krisis Teluk yang telah berlangsung selama lima bulan dan melibatkan Qatar serta Arab Saudi cs. Krisis berujung pada blokade darat, laut, dan udara yang diterapkan Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir atas Qatar.

Langkah Arab Saudi cs ini didasarkan pada tudingan mereka bahwa Qatar mendukung kelompok ekstremis dan terorisme. Doha sendiri telah membantah tuduhan tersebut.

Sejak Krisis Teluk berlangsung, Doha telah membuat sejumlah perubahan kebijakan sosial yang penting termasuk perubahan undang-undang kependudukan dan undang-undang perburuhan demi melindungi dua juta pekerja migran di Qatar.

Keempat wanita yang duduk di Dewan Syuro tersebut bukan kaum hawa pertama yang masuk ke ranah politik Qatar. Pada 2015, dua wanita terpilih jadi anggota dewan kota.

Sebelumnya, wanita yang baru ditunjuk duduk di Dewan Syuro, Hessa Sultan al-Jaber, juga sempat mengecap posisi sebagai Menteri Komunikasi. Ia ditunjuk pada 2013.

Keputusan Doha untuk menunjuk 28 anggota baru terjadi karena mereka belum menggelar pemilihan. Seharusnya, dua pertiga dari 45 anggota Dewan Syuro dipilih melalui pemilu. Namun, sejak 2007, negara kaya itu belum menggelar pemilu.

 

 


Pendorong Kesetaraan bagi Perempuan

Selain empat orang tadi, Qatar juga memiliki sosok perempuan "hebat" lainnya.

Ia adalah Moza bint Nasser Al Missned, istri kedua dari Emir Tamim bin Hamad Al Thani.

Meski jarang terdengar, nama Moza dikenal di dunia fashion dan pendidikan. Sejumlah media, seperti Washington Post, menyebutnya sebagai salah satu perempuan paling berpengaruh di Timur Tengah.

Ia menikah dengan Hamad Al Thani pada 1977. Meski menikahi seorang Emir Qatar, Moza tak melupakan pendidikannya. Hal itu ia buktikan dengan menerima gelar Bachelor of Arts dalam bidang sosiologi dari Universitas Qatar pada 1986.

Ia juga mendapat sejumlah gelar Doktor Kehormatan, di antaranya dari Carneige Mellon University dan Virginia Commonwealth University.

Moza dianggap sebagai kekuatan yang memotivasi di balik upaya modernisasi dan kesetaraan, tidak hanya di Qatar tapi juga Timur Tengah.

Pada 2007, majalah Forbes menyebutnya sebagai perempuan ke-79 paling berpengaruh di dunia. Pada 2010, Moza kembali masuk dalam daftar dengan posisinya naik ke urutan 74.

Moza dideskripsikan sebagai wanita yang aktif dalam bidang perempuan, anak-anak, dan pendidikan. Dia secara aktif bekerja untuk melawan kekerasan dalam rumah tangga, memperbaiki hak-hak buruh anak-anak, dan memberi penyandang cacat lebih banyak akses terhadap pekerjaan.

Untuk menghentikan penyebaran ekstremisme di kalangan pemuda, ibu tujuh anak itu memimpin program di dan sekitar Qatar untuk memperbaiki pendidikan dan meningkatkan kesempatan kerja bagi kaum muda.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya