Suster 'Pembunuh' Jerman Diduga Habisi 100 Nyawa Pasiennya

Seorang perawat Jerman menerima hukuman penjara seumur hidup atas dakwaan telah membunuh 102 pasien di dua klinik di Jerman.

oleh Citra Dewi diperbarui 10 Nov 2017, 16:31 WIB
Seorang perawat asal Jerman yang diduga telah membunuh lebih dari 100 pasiennya. (AFP)

Liputan6.com, Oldenburg - Seorang perawat Jerman menerima hukuman penjara seumur hidup atas dakwaan telah membunuh 102 pasien di dua klinik. Jika terbukti bersalah, ia akan menjadi pembunuh berantai paling mematikan di Jerman.

Pria tersebut, diidentifikasi sebagai Niels H, mengaku telah menyuntikkan obat berbahaya ke pasien dan berusaha untuk menyembuhkannya kembali agar dianggap sebagai pahlawan.

Meski mengaku telah melakukan sejumlah pembunuhan, polisi mengatakan bahwa Niles H tak dapat mengingat semua detailnya. Hal itu mendorong polisi untuk menggali kuburan 134 orang yang diduga menjadi korban Niels H.

Dikutip dari The Straits Times, Jumat (10/11/2017), penyelidikan tersebut menjadi bukti bahwa pihak berwenang berhak mencurigai bahwa Niels H telah membunuh 38 orang di sebuah klinik di Oldenburg dan 62 orang di klinik dekat Delmenhorst.

Hal tersebut di luar tuduhan pembunuhan yang membuat Pengadilan Oldenburg menghukumnya pada 2015.

Jumlah korban diperkirakan bertambah seiring dilakukannya pemeriksaan laporan toksikologi dan penggalian kuburan orang yang diduga menjadi korban pembunuhan Niels H di Turki.

Pihak kejaksaan diperkirakan akan mengajukan tuntutan terhadap Niels H pada awal tahun depan.

Sepuluh tahun lalu, seorang perawat Jerman dijatuhi hukuman karena telah membunuh 28 pasien lanjut usia. Ia mengaku telah memberi suntikan mati karena merasa kasihan. Atas tindakannya, ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Di Inggris, pembunuhan yang dilakukan oleh tenaga medis juga pernah dilakukan. Ia adalah Dr Harold Shipman, pria yang telah membunuh 250 orang. Kebanyakan korbannya adalah wanita tua yang merupakan pasiennya.

Dikenal sebagai Dr Death, Shipman dijatuhi hukuman penjara seumur hidup sebanyak 15 kali pada 2000. Namun pada 2004, ia ditemukan tewas di sel tahanan akibat bunuh diri.

 


Tragedi Mantan Suster Kanada Pencabut Nyawa 8 Pasien

Hal serupa juga pernah terjadi di Kanada. Seorang mantan suster dituntut dalam kasus pembunuhan delapan orang pasiennya di Ontario, Kanada. Kejadian ini disebut sebagai seri pembunuhan terburuk dalam sejarah negara tersebut.

Pelaku teridentifikasi sebagai Elizabeth Tracey Mae Wettlaufer. Perempuan 49 tahun itu mengakui telah menyuntikan insulin kepada 14 orang tanpa alasan medis jelas.

Tindakan tersebut dilakukan dari 2007 dari 2014. Selain delapan orang tewas, enam lainnya menderita cedera serius.

Saat memberi kesaksian di pengadilan, Wettlaufer mengaku marah dan frustasi dengan karir dan tanggungjawab hidupnya. Di pengadilan, Wettlaufer mengakui semua tindakannya tersebut.

Meski demikian, saat melakukan eksekusi, dirinya sama sekali tidak di bawah pengaruh narkotika atau alkohol. Ia sepenuhnya dalam kondisi sadar.

Wettlaufer belajar menjadi suster di Conestoga College, Ontario. Dia memulai pekerjaan tersebut sejak 1995.

Selain menjadi suster, Wettlaufer merupakan konselor kerohanian di Sekolah Alkitab London Baptist.

Sempat menikah, Wettlaufer dan suaminya memillih untuk berpisah. Setelah perpisahan tersebut, perempuan itu bermasalah dengan alkohol.

Ibu Wettlaufer, Hazel Parker, mengatakan sang anak menderita kelainan bipolar. Sampai sekarang sang putri terus menerima tindakan medis demi menyembuhkan gangguan tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya